Selasa, 19 Februari 2013

Lampu Merah ( STOP...!!! )




Part 2

          Cerita cinta yang tak pernah ada habisnya. Dari tua, muda, remaja, laki-laki, nenek, kakek, semua dalam hidup, dan yang berkehidupan pasti membutuhkan cinta. Masa remaja yang merupakan masa-masa indah dalam pencarian cinta. Namun, tak semudah yang di perkirakan. Tergantung pada manusia yang membawa cinta itu kearah mana. Banyak jalan, banyak cerita, tak kan habis di makan zaman. Cinta itu perfect. Mengalahkan semua yang ada di dunia. Cinta bisa membuat bahagia, tapi cinta pula yang bisa membuat sengsara. Semua itu adalah pilihan. Di mana pilihan itu, ada dalam diri sendiri, ketulusan hati, keihklasan jiwa. Tanpa paksaan, dan tanpa noda.
          Dea mengacak-ngacak mata nya berulang-ulang kali. Ia hampir, bahkan mungkin memang sangat tak percaya melihat sosok pria di hadapan nya. WOW… hampir perfect. Pakaian rapih, kulit bersih, badan tinggi, alis yang tebal, bibir tipis, hidung mancung, kalau di jelaskan satu-satu, sampai besok juga nggak bakal selesai. Ia mengulurkan tangan nya padaku, aku gugup, nervous, atau entah apa lagi istilah-istilah yang menggambarkan suasana hati ku sekarang. Ya tuhan, aku deg-degan menghadapi mahkluk ciptaan mu yang paling sexy yang pernah ku temui saat ini. Aku gelagapan, tapi berusaha tetap stay cool di hadapannya.
“Hay, aq Dea…” ucapku membuka percakapan.
“aq Miko. Akhirnya kita bisa ketemu juga” ucapnya sembari tersenyum tipis dan menatap ku. Darahku seakan tak menentu berlari kemana-mana tak karuan  melihat senyuman termanis itu. Aku membalas senyum indah itu dengan senyuman terhebatku. Berharap, ia berpikiran yang sama dengan ku saat ia melihat senyumanku ( ngarep…). Mataku tertuju pada mobil Mercy yang terparkir jelas di depan pintu rumah ku. seperti nya aku memang harus bilang WOW, walau pun nggak sambil koprol tapi aku pengen teriak bilang WOW sama semua orang. sudah ganteng, tajir lagi. siapa yang mau nolak coba? Yang jadi masalah, apa dia mau denganku? Ouch… lampu tanda teringat sesuatu pun menyala. Apa mungkin, orang sekeren ini memang benar-benar jomblo? Rasa nya sangat jauh dari mungkin. Tapi mungkin saja, orang secantik, semanis, dan selucu aku aja masih jomblo. Mungkin dia belum menemui princess yang tepat untuk mendampingi dia sebagai prince.
“aku gak di suruh masuk nih?” Tanya Miko padaku. Membuat semua imajinasi ku buyar seketika.
“owh… iya masuk aja. Mau minum apa?” tanyaku sambil mengantar nya duduk di sofa diruang tamu.
“emm ada jus gak?” Tanya Miko padaku dengan mimik wajah sangat serius. Ia bercanda? Minta bikin jus? Ribet amat nih cowok.
“jus strawberry atau alpukat deh. Jangan jus sawo ya, terlalu manis. Jeruk atau apel aku nggak doyan. Nanti susu coklat aja, jangan susu putih, aku alergi. Trus jangan pake gula juga. ” lanjut Miko. Aku masih terdiam kurang mengerti.
“oh, iya,kalo pas bikin jus nya, jangan terlalu lama di blender, biar agak kasar aja. Nggak berasa buah nya. Buahnya di banyakin ya, jangan banyak air. Es batu nya sedikit aja, yang penting agak dingin, tapi jangan terlalu dingin. Satu lagi,  gak pake lama juga” sambungnya. Dia pikir ini warung apa? Seenak nya saja minta ini itu. padahal aku kan Cuma basa basi doang. Aku mulai ilfil melihat wajahnya yang sama sekali berubah dari yang ku lihat depan pintu. Lagi kerasukan hantu jus kali ya? Atau hantu yang lagi kepanasan pengen ngadem minum jus. Sekalian aja minta gorengan.
“kamu serius?” tanyaku hampir tak tahan mendengar ocehan. Predikat ganteng rasanya ingin ku berikan kepada mamang soto, atau mamang bakso yang biasa lewat di depan rumah ku. rasanya mereka lebih pantas mendapat predikat itu di banding cowok nyebelin ini.
“emm, aku ciyus loh. Tapi aku nggak serius. “ ujar nya menirukan salah satu iklan di tivi. Tawa nya memecah suasana.
“iiiihhhh kamu tuh nyebelin tahu nggak. Kirain kamu serius ngomong gitu. Hampir ilfil liat muka kamu.” Ucapku dan melempar salah satu bantal yang di kursi ke wajahnya.
“abis nya kamu sih, serius amat jadi orang. biasa aja dong, jangan kikuk gitu ketemu aku. Kayak belom pernah ngobrol aja.” Ujar nya. Aku lupa kalau ia punya selera humor yang tinggi sewaktu chatting di dunia maya. Gara-gara terpesona melihat wajah nya nih, jadi lupa sama semuanya. Di facebook saja ganteng, apalagi asli nya ketemu. Gantengnya, pake banget.
“atau, kamu kikuk gara-gara liat wajah termanis di dunia ya?” sambungnya sambil menatap ku yang membuat pipi ku agak sedikit memerah mendengar nya.
“iiih ge-er banget. Biasa aja kali. Mamang soto yang biasa lewat depan rumah ku tak kalah manis di banding kamu… weeekkk ” aku mencibirnya. Ia pun tertawa kecil melihat tingkah ku.
“aku bikinin kamu air jeruk aja” ujar ku.
“iya terserah kamu aja” jawabnya. Segera kulangkahkan kaki ku ke dapur menuang air jeruk yang telah tersedia di kulkas.
Keakraban tercipta seketika. Yach…. Di karenakan sikap nya yang sangat tidak sombong, humoris, jadi asyik jika dekat dengannya. Sangat tidak membosankan. Dan, bisa di bilang, type aku banget. Yang menjadi pertanyaan, apa aku termasuk dalam kategori type wanita idaman nya? Tapi tak ada salah nya aku mencoba. Mencoba lebih dekat lagi dengannya, lebih mengenal nya, lebih tahu tentang dirinya, dan yang pasti, aku menginginkannya. Mungkin ini yang di bilang jatuh cinta pada pandangan pertama. Apalagi saat aku menanyakan tentang status nya, memang benar, ia masih jomblo. Harapan dan kesempatan terbuka lebar depan mata. Aku merasakan rasa ini, rasa bahagia, dan sejuta rasa lagi yang tak dapat ku untaikan melalui kata-kata. Aku jatuh cinta…

                                                       ***


          Hampir setiap hari Miko kerumahku. Dan sesekali, jalan-jalan untuk makan, atau sekedar nonton di bioskop. Aku semakin yakin, ia tak berbohong padaku tentang status nya yang memang tidak punya pacar. Aku sangat bahagia. Ia seperti merespon sikap ku padanya. Apa mungkin ia juga merasakan hal yang sama padaku? aku ingin di tembak, ingin cepat-cepat punya status yang jelas bersama nya. Sangat tidak mungkin jika aku menyatakan cinta terlebih dahulu. Lebih baik aku menunggu saat-saat bahagia yang ku tunggu itu. ku cerita kan semua cerita ku kepada Uly, sahabat ku. dan Uly sangat ingin melihat wajah nya yang ku bilang perfect. Hingga suatu ketika, aku mengatur strategi di mana, ketika Miko ingin kerumahku, dan Uly datang lebih awal kerumah. Ekspresi shock pun terlihat jelas dari wajah Uly. Ia tercengang, dan membenarkan semua cerita ku pada nya. Setelah Miko pulang, dengan sigap Uly langsung teriak ala anak lebay.
“Waaaaaaaaaaaa ganteng banget…..” teriak nya setelah mobil Mercy milik Miko berderu berlalu meninggalkan kediamanku.
“kan udah aku bilang, dia itu perfect. Ngomong sama kamu juga nyambung banget.” Puji ku, untuk sang pangeran impian ku.
“tapi kamu tahu nggak, kalo sama kamu nih De, jauuuuuuhhhhhh banget. Kayakny nggak mungkin banget”
“iddiiih sok tahu nih, gini-gini aku cantik ya” elakku tak terima banget di bilang nggak cocok.
Uly terlihat berpikir sambil menggaruk kepala nya yang sama sekali tidak gatal.
“kamu pikir deh, kayakny cowok sekeren Miko, nggak mungkin banget belom punya pacar.” Ujar Uly dengan wajah serius yang ia tunjukkan.
“yach… tadi nya aku berpikir seperti itu juga, tapi kamu liat deh, hampir tiap malem dia datang kesini, apa iya dia nggak pernah ngapelin pacar nya?” kilah ku.
“iya sih, tapi coba kamu ingat-ingat, kalo pas malam minggu, dia ada kesini nggak?” pertanyaan Uly sontak membuat ku berpikir lebih jernih lagi. seingat ku, ia memang sering kerumahku, tapi kalau weekend, sangat tidak pernah. Dengan alasan, ia di luar kota kerumah nenek nya. Sesekali ia juga sering beralasan tidak datang malam minggu karena tidak enak badan. Apa ia dia memang sudah ada yang punya? Tapi kenapa dia bilang, masih belum punya pacar? Dan sangat masuk akal, ia merespon tanpa menembak ku untuk menjadikanku pacar nya karena ia sudah punya pacar?maka nya aku di gantung seperti ini? hoaAaaaAAA hanya Miko yang tahu semuanya.
“mungkin kamu bener Ul, tapi kita belom ada bukti. Yang jelas, kalau ia memang sudah ada yang punya, aku akan berhenti berharap padanya.” Ucapku tak semangat.
“yups, sangat setuju. ya udah, lama-lama pasti terbongkar koq” ucap Uly menenangkanku yang tiba-tiba saja terserang angin galau. Lantunan lagu yang berjudul I Love You dari Avril Lavigne dari handphone ku mengagetkan suasana hening. Nomor baru? Siapa ya? Pikir ku. segera ku angkat telpon dari orang tak di kenal itu.
“hallo…?” ucapku membuka percakapan.
“ini Dea?” Tanya seseorang dari kejauhan. Suara wanita. Aku memandang wajah Uly, yang memperhatikan aku berbicara dengan suara wanita asing yang tak pernah ku dengar selama ini.
“iya, maaf ini siapa ya? “ lanjutku ingin tahu.
“ini Ratih, pacarnya Miko.” GubRRraaAkKKK jantung ku seakan berhenti mendengar ucapan itu. aku terdiam sesaat. Uly semakin penasaran melihat ekspresi wajahku.
“ Owh, ada ap ya?” tanyaku berusaha tetap tenang.
“kamu sering berhubungan sama Miko? Kamu tahu nggak dia udah punya pacar?” Tanya wanita itu dengan suara yang mulai meninggi.
“mbak, maaf ya aku memang sering berhubungan dengan Miko. Tapi aku sama sekali nggak tahu, kalo dia udah punya pacar. Harus nya kamu nggak marah sama aku, tapi sama Miko nya sana.” Ucapku mulai geram dengan suasana yang mulai menegang.
“Emang dia nggak bilang sama kamu kalo dia udah punya pacar?”
“kalo dia udah bilang punya pacar, aku nggak bakal dekat sama dia.” Ku tutup telpon genggam itu dan ku hempaskan di tempat tidur. Uly hanya terdiam, dan menenangkanku. Ku raih kembali handphone ku, dan mencari nama Miko di kontak. Akan ku telpon dia dan akan ku akhiri semua ini. Aku tak ingin menjadi pengganggu hubungan orang lain. Saat telpon ku di angkat, aku tak basa-basi lagi.
“ Miko, koq kamu nggak bilang kalo udah punya pacar?” tanyaku pada Miko yang mungkin sekarang ia sedang gugup.
“aku nggak mau bikin kamu kecewa De” jawabnya.
“nggak mau bikin aku kecewa? Bulsyit… kamu tahu nggak, sikap kamu yang seperti ini, yang udah bohongin aku, yang bikin aku lebih kecewa sama kamu. Seumur-umur aku belom pernah di telpon pacar orang dan marah-marah padaku. kamu nggak mikir sama sekali.” omel ku padanya sampai hatiku puas.
“iya, aku minta maaf.”
Hanya itu yang terucap dari bibirnya. Hatiku pun mulai mencair. Darahku sudah menurun tidak setinggi tadi.
“ya udah aku maafin.” Ucapku.
“aku pengen kita tetap jadi temen De, bisa nggak? Kalau nggak bisa, juga nggak apa-apa sih, aku nggak maksa kamu. Yang pasti, aku bakal merindukan candaan kamu.” Ucap Miko. Aku terdiam sesaat. Aku nggak bisa membenci nya, sungguh.
“ok, kita bisa temenan, tapi nggak bakal kayak kamaren lagi.” jawabku.
“iya, makasih De.”
Ku tutup telpon itu dengan perasaan lega. Aku lega, semua nya telah jelas adanya. Aku tak akan berharap banyak lagi padanya. Yach… sudah saat nya ku kearah jalan yang lain. Dia bukan lah milik ku, dan bukan untuk ku. hanya sampai disini jalanku dengan nya. Takdir yang menyatukan, takdir pula yang memisahkan. Setiap pertemuan, pasti berujung perpisahan. Apapun itu…  yang pasti, pencarian ini belum berakhir. masih banyak jalan menuju roma. Masih banyak celah tuk menemukan cinta sejati. Aku memang berhenti menemui lampu merahku saat ini, tapi sebentar lagi, lampu hijau ku kan menyala lagi. aku siap tuk berpetualang menjalani hidup ini. Lagi, dan lagi…


                                                 The End

0 komentar:

Posting Komentar