Minggu, 17 Februari 2013

Serpihan Hati



              Tia memandang lemah wajah cowok yang berada tepat di sampingnya. Yang dengan pulas tidur       karena kecapean. Mereka memang masih pacaran. Tapi mereka sudah sama-sama tak bisa menahan nafsu itu, akhirnya kejadian juga. Sama-sama kuliah di jurusan Ekonomi di salah satu universitas ternama di kota nya. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat saja untuk  menuju ke pelaminan. Dengan hangat dan penuh kasih sayang Tia membelai rambut pendek Ricko, kekasih yang sangat di sayanginya itu. Yach… mereka memang saling menyayangi. Ricko selalu memanjakkan Tia, membelai nya mesra, dan memeluknya hangat. Tapi itu dulu, sewaktu bulan pertama dalam pacaran. Semakin memasuki bulan seterusnya, pelukan itu tak lagi terasa hangat. Tak ada lagi belaian mesra. Yang ada hanya kesalah pahaman, serta marah-marah dan pertengkaran.
            Tia hanya terdiam, jika Ricko ketika pulang dalam keadaan cape, dan pasti marah-marah apa bila Tia melakukan kesalahan sedikit saja. Kadang ia hanya bisa menangis sendiri. Ia ingin melawan, tapi tak bisa. Ia selalu kalah. Mungkin karena terlalu besar nya rasa cinta pada Ricko. Takut kehilangan apabila ia hilang kendali dalam melampiaskan emosi. Sudah cukup rapuh ia mendengar kata-kata kasar yang keluar dari mulut Ricko. “bodoh” “anjing” “sial” tak pernah lepas dari kata-kata itu. Tia hanya bisa terdiam, terisak dalam hati. Menangis pun tak ada guna, hanya membuang-buang air mata. Dan mungkin air mata itu pun telah kering.Entah sampai kapan ia mampu bertahan. Diam-diam ia melampiaskan amarahnya lewat asap-asap yang mengepul lewat hembusan-hembusan rokok. Lumayan membuat pikiran menjadi tenang, tapi kalau sampai Ricko mengetahui nya, bisa marah besar dia. Karena dia saja nggak menyentuh rokok sedikitpun.
             Ingin rasa nya ia di beri penyakit yang bisa membuat nya “mati”. Sepertinya lebih baik mati daripada tersiksa seperti ini. Hanya bisa menahan rasa. Mengumpulkan serpihan-serpihan hati ini yang selalu di hancurkan. Entah apa yang Tia pertahankan dari sosok seperti Ricko. Ia hanya selalu berkata dalam hati, untuk membangkitkan semangatnya agar terus mempertahan kan hubungan nya dengan Ricko. Ia selalu berkata,
 “aku yakin koq suatu saat Ricko melihat sisi positif dari aku, mengasihi ku, dengan aku tetap mengalah selama ini” ujar nya dalam hati. Cuma kata-kata itu yang mampu membuat Tia tetap bertahan. Walau sakit seperti apa pun akan ia terjang. Akan ia tempuh sampai titik darah penghabisan. Walau ia harus mengorbankan nyawa nya sekalipun. Saking sayang nya ia terhadap Ricko. Rasa sayang yang begitu dalam. Namun ia tak pernah bisa membaca pikiran Ricko. Ia tak tahu dalam hati Ricko sebenarnya apa… apa sikap nya sesuai dengan hati nya? Atau memang karakter nya memang seperti itu? Entah lah…. Tak kan ada yang bisa menjawab kalau bukan dari mulut Ricko sendiri. Tapi lidah tidak lah bertulang. Bisa saja ketika Tia menanyakan hal itu, ia mengeluarkan jurus manis nya yang membuat Tia luluh kembali. Mungkin ini memang jalannya, jalan yang harus di tempuh dengan sepak terjang bak pemain bola. Hanya bisa terus bertahan, bertahan dan bertahan sampai mulut tak mampu berbicara, sampai hati telah muak dengan segalanya, serta sampai otak memuntahkan isi dari pikiran-pikiran yang ada di benak.
              Lamunan Tia buyar, ketika ia tak menyadari ternyata Ricko tlah terbangun dari tidur nya. Ia selalu mencoba untuk tersenyum, seakan tak pernah merasakan sakit sedikitpun. Tia menghentikan belaian tangan nya dikepala Ricko.
              “sayang cuci muka gih….mau makan gak? Kan dari siang belom makan. Ne udah sore loh…?” ucap Tia.
              “ya udah siapin aja makanan nya, aku cuci muka dulu” ujar Ricko yang langsung bangkit dari kubur, eh salah, maksudnya dari tempat tidur. Begitu lah setiap hari nya. Sudah seperti sepasang suami istri. Karena orang tua Tia tidak tinggal di sini. Tia hanya tinggal bersama pembantu nya. Namun tetap saja, bagi Ricko, Tia selalu salah. Seperti lagu nya Geisha. Hanya saja, Ricko tipe cowok yang sangat setia. Mungkin hal itu yang membuat Tia tak ingin pisah darinya. Nama nya manusia selalu saja punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tak ada manusia yang sempurna di jagat raya ini.


*            *            *


                 Hari demi hari telah di lalui, hambar. Tiada rasa. Tia juga belum bisa untuk mencoba bicara dengan Ricko tentang hal itu. Ia memilih bungkam. Kekosongan demi kekosongan pun terjadi, Tia mengisi kekosongan itu dengan online facebook di internet. Ia asyik dengan netbook kuning nya itu di kamar. Saat ia ingin smsan dengan Ricko yang ternyata Ricko menolak dengan alasan dia lagi sibuk di kampus.mmmmmmmmm…… menyebalkan!!! Tiba-tiba ada yang menyapa ny.

Putro : hy J
Dengan sigap, Tia langsung membalas nya, walaupun nggak kenal.
Aku : hy juga
Putro : manis juga ya kamu J
Aku : biasa aja tuh
Putro : ketemuan yok? Rumah kamu di jl. Anggrek kan?
Aku : koq tau?
Putro : kan ada di profil kamu, deket koq sama rumah aq.
Aku : owh…
Putro : tapi ada yang marah nggak ne?
Aku : main aja nggak pa-pa koq.
Putro : ok dech, see u ntar yach. Daaaa aq off dlu

              Tia langsung mematikan laptop nya. “kira-kira gimana ya wajah asli nya?” pikir Tia dalam hati. Tia langsung merebahkan diri di kasur kuning empuk miliknya. Semua barang-barang di kamar nya memang serba kuning. Maklum, kuning lovers. Sambil memandangi cicak yang sedang pacaran di langit-langit kamar, ia membayangkan dan mengira-ngira wajah cowok yang di facebook tadi. Yach karena di facebook dia nggak menggunakan wajah asli nya, hanya sebuah pengunungan yang indah di salah satu belahan bumi di Indonesia tercinta. Profil nya juga nggak terlalu lengkap. Hanya terdiri dari nama lengkap, Putro Suratno. Kayaknya keturunan jawa. Dan kuliah di Universitas yang sama dengan Tia. Tapi sudah semester atas. “what??? Jawa???hitam dong” pikir Tia. Mungkin hitam madu, atau hitam manis, tapi mungkin juga hitam kopi. “mungkin saja hitam kopi, dia aja nggak mengunakan wajah aslinya di fb. Itu berarti wajahnya jelek. Iiiii nggak mau aaaah ketemuan sama dia” pikir Tia dan langsung bergidik ngeri. Seolah-olah ia akan bertemu seekor pocong, atau juga seekor genderuwo. Menakutkan!!!
              Tiba-tiba saat Tia hendak tertidur, bi Ina mengetuk pintu.
              “ada apa bi?” teriak Tia dari dalam kamar. Bi Ina langsung membuka pintu nya yang tidak terkunci.
              “ada yang nyari non tu di depan” ucap bi Ina sambil sedikit tersenyum.
              “siapa bi?” Tanya Tia penasaran. Toh selama ini belum ada yang kerumah nya lewat bi Ina. Biasa nya langsung aja nyelonong ke kamar Tia. Atau telpon maupun sms dulu.
               “bibi lupa non nanya nama nya. Tapi orang nya ganteng non.”  Ganteng, cowok? Berarti bi Ina nggak mengenali otrang itu dong. Terbesit sedikit ingatan Tia dengan cowok yang chatting tadi.
              “Putro???” Tanya Tia pada bi Ina. Bi Ina sedikit bingung.
              “masa nama cowok itu Putro non. Ganteng-ganteng koq nama nya Putro.” Celutuk bi Ina.
Tia langsung berhambur keluar kamar. Dan menuju ruang tamu. Terlihat sosok cowok. Hanya punggung nya yang terlihat. Sedikit beotot, rambut nya rapi dan memakai kemeja hitam yang bercorak karismatik banget. Tapi bukan kayak om-om lo…. Tanda kutip. Tia tak sabar ingin melihat wajah nya. Dari warna kulit saja sudah meleset berat.kulitnya tidak terlalu putih, tapi sama sekali tidak hitam. Belum sempat Tia mendekat, cowok itu keburu menoleh kea rah belakang.
WHOOAAAA……..!!!!  mata Tia seakan ingin melompat dari kediaman nya. Wajah nya ganteng seperti Kim Bum, artis korea yang sedang tenar. Tia hampir meleleh dibuatnya.
              “Tia ya? Aku Putro” ujar cowok cute, manis, madu, gula, itu. satu lesung pipi kiri nya pun terlihat ketika ia memberikan sebuah senyuman terindah yang pernah Tia lihat selain di tv tentunya. Tia pun gelagapan dan mengulurkan tangan nya tanda perkenalan di mulai.
              “iya, aku Tia” ucap Tia dan langsung duduk di kursi di depan Putro.
              “kenapa? Nggak pernah lihat cowok ganteng ya?” ujar Putro. Sok akrab banget nech pikir Tia dalam hati. Narsis abis pula, tapi emang fakta sich.
              “mmmm biasa aja x.” ucap Tia agak sedikit jual mahal. Padahal dalam hati nya kelepek-kelepek seperti ikan kekeringan air. Heeeee ;)
              “ aku tahu dipikiran kamu dengar nama aku, kamu pasti mengira aku orang jawa? Padahal aku melayu asli lo dua kelinci.” Ucap Putro yang tak henti-hentinya membuat Tia meleleh dengan menebar senyum nya yang sangat menggoda.
              “koq tahu? Trus kalo bukan asli jawa, kenapa nama kamu jadi Putro Suratno? Padahal itu kan wong jawa banget” Tanya Tia yang akhirnya mencoba untuk rileks dan santai menghadapi sesosok ciptaan Tuhan paling sexy.
              “nah, itu dia pertanyaan yang sering di lemparkan orang-orang yang baru mengenal ku, cerita nya tu gini, mama aku sewaktu ngidam, pengen nya aneh-aneh,. Semua nya berbau tentang adat jawa. Jadi nama aku di beri nama orang jawa. Untuk memperingati lah ibaratnya.” Cerita Putro yang lancar-lancar saja bercerita seolah sudah kenal lama sekali.
              “owh…..” ucap Tia dan mengangguk-angguk tanda mengerti.
             
              Keakraban pun terjadi. Semakin lama semakin dekat. Dan Putro juga belum punya pacar. Dan hubungan Tia dengan Ricko masih tetap terasa hambar seperti biasa. Apabila Ricko sibuk dengan urusan nya, Tia pun mengajak Putro untuk menemani nya. Walau pun tanpa sepengetahuan Ricko. Dan Putro sendiri sudah mengetahui kalau Tia sudah punya pacar. Namun ia tak juga berniat merebut Tia. Toh semua keputusan di tangan Tia.
              Ricko sudah mencium bau kecurigaan tehadap pacar nya itu (ternyata kecurigaan juga punya bau yaaa………. Kira-kra bau apa ya?).
Yach….. karena ia mendapat laporan dari teman nya yang memergoki Tia lagi jalan bareng sama Putro di sebuah mall. Dan bahkan bukan hanya sekali, baru tiga hari yang lalu juga ada yang memberi laporan Tia lagi makan berdua di sebuah kafe, walaupun hanya lunch bareng, tapi kalau hanya berdua, bisa tanda kutip.

*                *                   *



                   Sewaktu dirumah, Tia hanya asyik dengan netbook nya di kamar. Tak lama lagu serpihan hati dari Utopia pun berdering di hanphone nya. Ada panggilan masuk. Ia pun meraihnya yang tak jauh dari jangkauan. Tertera nama Ricko sayang di sana. “tumben Ricko nelpon” pikir Tia dalam hati. Ia pun menjawab panggilan itu.
          “hallo sayang…” ucap Tia membuka pembicaraan.
          “sayang ada di rumah? Aku mau ke sana ne. tunggu ya!” ucap Ricko dari seberang sana.
          “ya udah aku tunggu hati-hati ya.” Klik handphone itu pun terputus.
Sambil menunggu Tia hanya uring-uringan di kamar. Tak lama kemudian, Ricko datang seperti biasa. Tanpa ada rasa apa pun. Ricko langsung memeluk hangat Tia, untuk melepas rindu karena saking sibuknya.
Setelah melepas rindu, Ricko baring di pangkuan Tia. Tia pun membelai nya hangat. Baru kali ini ia merasakan kebahagiaan itu lagi. Biasanya kesepian. Huuuffh
          “sayang, aku dengar kamu punya teman baru ya?” ucap Ricko lembut. Membuka pembicaraan di antara mereka. Ricko hafal betul kalau dengan cara seperti ini, Tia pasti nggak bisa berbohong.
          “owh, tahu darimana?” Tanya Tia penasaran.
          “tahu dari temen aku koq. Dia ketemu kamu jalan sama cowok itu. Cowok itu siapa? Koq aku belum kenal.”
          “temen koq. Abis nya kamu sibuk sich, jadi aku ngajak dia jalan bareng.” Ucap Tia dengan wajah manja nya.
          “sekarang aku pengen kamu jujur dech, aku salah apa sama kamu? Trus aku harus gimana supaya kamu nggak bertingkah seperti ini?” ucap Ricko pada Tia. Tia terdiam…… dan memikirkan mau mulai dari mana pembicaraan itu.
          “aku pengen kamu yang dulu. Kamu yang manjain aku, mengerti aku, punya waktu banyak untuk aku.sekarang, aku ngerasa kehilangan kamu.” Ucap Tia lirih. Air mata pun meluap ketika emosi berpacu kencang. Ricko terdiam mendengar semua itu. Ucapan Tia yang sangat jelas membuat Ricko terpojok. Skak matt tak bisa lagi membela diri. Apalagi kalau Tia sudah mengeluarkan jurus ampuh nya, nangis. Biasanya cowok itu pasti luluh kalau seorang cewek mengeluarkan air mata.
          “aku minta maaf ya, aku nggak tau kamu sampai seperti ini. Aku janji bakal merubah segalanya, seperti yang kamu mau, asal aku nggak kehilangan kamu” (lebay,,, suit…suit… andai saja ini terjadi pada penulis. Bisa kelepek-kelepek)
Tia menghapus air mata nya yang hamper penuh satu ember.
          “bener?kamu janji?” Tanya Tia untuk meyakinkannya
          “iya, janji. Tapi ada satu syarat!” pinta Ricko
          “apa?”
          “kenalin cowok itu sama aku” ucap Ricko
          “yups pasti di kenalin koq tenang aja” jawab Tia sambil mulai tersenyum bahagia.
          Tia pun menepati persyaratan itu. Dan begitu pula Ricko. Yach… perasaan cinta terhadap Putro juga belum ada sedikitpun. Hanya untuk mengisi hari-hari agar tak suram. Tapi kali ini sudah berbeda. Sudah kembali normal seperti dulu. Serpihan-serpihan hati sudah terkumpul, walau belum sempurna, tapi sudah lumayan membaik. Putro juga tidak terlalu memaksakan. Toh dari awal, putro juga sudah mengetahui bahwa Tia milik orang lain. Bukan cowok gentle apabila merebut kekasih orang lain. Yang terpenting bagi nya, Tia bisa bahagia.

THE END

0 komentar:

Posting Komentar