Rabu, 13 Februari 2013

I'am SORRY my Boy


“Aku tak bisa melupakannya….” Batin ku. Cinta ini memang gila. aku yang sudah 4 bulan menjalin hubungan dengan Ryan, namun masih mengingat kisah cintaku pada Angga.
Pacar pertama ku sejak aku masih SMA. Senyum nya, tawa nya, cara dia membelai ku, aku selalu mengingat nya. Bahkan semua tentang nya. Rasa ini begitu dalam. Ternyata benar yang di bilang sama ST 12,
                “1 jam saja untuk mencintai mu, tapi melupakan mu, butuh waktu ku seumur hidup”
Ryan yang sekarang sangat mencintai ku, selalu membela ku, menyayangi ku dengan tulus. Tapi kenapa hati ini masih tetap bersembunyi di hati Angga? Masih enggan membuka untuk orang lain. Walau pun Angga sudah jelas-jelas cowok yang tak punya hati. Cowok yang tega menghianati setelah 2 tahun lebih menjalin hubungan. Entah takdir apa yang menghanyut kan aku hingga terdampar di hati Ryan. Yang menerima ku apa ada nya, dan memberikan seluruh cinta nya pada ku ( agak lebay sich…. ).
Walau Ryan tahu, mahkota ku pun tlah di renggut Angga. Mungkin hal itu yang membuat ku masih punya chemistry pada Angga. Mmmmm aku tak tahu apa Angga masih merasakan hal yang sama dengan ku, atau pun tidak sama sekali. Dia itu kan brengsek… fuck him….!!!! Tapi aku sayang banget sich… mmmmm munafik!
          Lamunan ku buyar ketika handphone ku terdengar menyanyikan sebuah lagu yang tak asing di telinga ku. Ku sambar handphone ku yang tak jauh dari tempat ku bersemedi (duduk maksud nya..).
Ryan calling….
          ‘ hallo sayang,, kenapa?” ucapku membuka syair pertama dalam pembukaan undang-undang percakapan di telpon.
          “hallo juga sayang, kita jalan yuk…. ! kangen nich….” Ucap Ryan memelas dari jauh disana.
          “ya udah,,, aku siap-siap dulu yach.”
          “ya udah yang cantik yaaaa sayang….! Muach daaaa ku jemput sekarang.” Ucap Ryan.
          “daaaa muuuach hati-hati.” Ucap ku dan langsung menutup telpon.

Aku langsung bergegas bersiap-siap. Tak lama kemudian Ryan pun datang menjemputku. Layak nya permaisyuri nya ia selalu memanja kan ku. Membelai ku dengan mesra, mengecup kening ku hangaaaaaat seperti aku menutup kening ku dengan selimut. Kalau saja Ryan tahu aku masih memikirkan Angga, dia pasti kecewa berat. Tapi aku sudah berusaha melupakannya. Hanya saja hati ku nggak bisa berbohong pada diriku sendiri kalau cintaku masih untuk Angga, bukan Ryan. Ya tuhan, berdosa kah aku melakukan hal ini? Dosa kah aku jika harus berpura-pura mencintai nya?
          “kamu kenapa sayang? Koq diem aja dari tadi?” ucap Ryan membuka pembicaraan saat di mobil.
          “nggak kenapa-napa koq sayang…”jawab ku lirih seraya menyisir rambut hitam panjang ku yang agak sedikit roboh (kayak rumah aja ya roboh).
          “owh… kirain nggak enak badan atau apa. Ya udah, kita makan dimana nih?” Tanya Ryan sambil memandang kea rah depan biar konsentrasi menyetir nggak hilang.
          “ketempat biasa aja, ayam penyet bu nina” jawab ku menyebutkan salah satu rumah makan favorite kami berdua makan. Sewaktu aku masih bersama Angga, kita berdua juga makan di sana. Tempat nya enak, makanan nya juga enak dan hot banget. Asli, pedas nya terasa menghilangkan dunia. (promosi…)

Akhirnya tiba juga di tempat tujuan, yang lumayan jauh dari rumahku bernaung, setelah memesan makanan, aku tak sengaja menoleh kearah depan, tepatnya pintu masuk. Tak sengaja sosok manusia yang sangat ku kenal tertangkap lensa mata ku. Angga???? Batinku berteriak. Sudah lama aku tak pernah bertemu dengan nya. Ingin rasa nya aku memanggil nama nya lalu mengajaknya duduk bersama ku. Makan bersama seperti dulu. Tapi…. “siapa wanita yang berada di belakang nya itu?” tampak seperti sudah separuh baya. Tapi mereka berpegangan tangan layak nya sepasang kekasih. Apa itu pacar baru nya? Tanya ku dalam hati. Tapi… nggak mungkin selera Angga seperti itu. Dia kan paling pemilih dalam memilih pasangan, terutama pacar. Ia lebih selektif daripada aku. Untung saja ia tak melihatku yang duduk di pojok kanan. Sedangkan ia menuju meja kosong sebelah kiri. Mereka duduk berdampingan layaknya sepasang kekasih yang sedang lunch tepatnya.
“sayang ngeliat apa?” Tanya Ryan yang berhasil membangun kan ku dari tidur lamunan yang panjang. Aku bingung, gelagapan mau jawab apa.
“mmmm orang itu kayak paman aku sayang. Liat deh….” Jawabku asal sambil menunjuk kearah bapak-bapak tua yang berjenggot tebal sedang duduk makan bersama istrinya. Ryan terlihat heran memperhatikan bapak-bapak itu. Yach… karena dia kan pernah bertemu dengan paman ku. Dan wajahnya jelas sangat jauh berbeda dibanding bapak tua yang berada di sini.
“bukan tu sayang…. Masa nggak bisa ngebedain sich?” Tanya Ryan sambil tertawa tipis hingga memunculkan 2 kolam di pipi nya semakin membuatnya terlihat manis. Mmmm…
“maksud aku kan sayang, mirip kalo di potong jenggotnya,,, hahahaha” jawab ku asal. Ryan pun ikut tertawa mendengar jawaban ku. Ia sama sekali nggak curiga sedikitpun tentang hal tadi.

Sesampai dirumah, aku masih teringat hal tadi. Aku masih penasaran banget sama wanita tadi. Di bilang tante nya, tapi tante yang mana? Perasaan Angga sudah mengenalkan semua anggota keluarganya padaku. Lalu…. Siapa dia? Tak ada yang menjawabku. Hanya ada cicak disini. Mereka nggak mungkin mengetahui siapa wanita itu. Kalau pun mereka tahu, cicak itu takkan memberitahukanku. Yach, karena cicak itu mengerti bahwa aku nggak mengerti bahasa mereka. Huff….. ya Tuhan pertemukan lagi aku dengan Angga, supaya aku bisa bertanya lebih jelas lagi. Dan mungkin jika memang wanita tadi bukan lah pacar nya, aku masih berharap agar bisa menjalin hubungan ku kembali bersama Angga. Aku bakal bahagia bersama dengan orang yang ku cintai. Pikiran apa itu??? Kalau sampai itu terjadi, aku akan bahagia di atas penderitaan Ryan yang ku tinggalkan. Kekecewaan pasti bersarang di lubuk hati nya. Aku akan menjadi cewek yang tak punya hati jika aku melakukan hal itu. Sudah lah, mimpi hanya akan menjadi mimpi, angan akan selamanya menjadi angan.
Tak terasa mata pun terlelap… terbang kealam mimpi.


*       *      *


          Mata ku masih terasa berat untuk bangun minggu pagi yang cerah ini. Namun handphone ku berdering. Akhirnya kupaksakan untuk bangun. Nomor baru… siapa ya? Tanyaku dalam hati. Aku langsung memencet tombol untuk menerima telpon.
          “mmmm siapa ne?” ucapku sambil menggosok-gosok mata ku yang terasa gatal. Tapi yang di seberang sana entah dimana, nggak berkutik sedikitpun.
          “hallu,,,,,” ucapkku agak setengah berteriak.
          “Mirna kan?” ucap seseorang dari seberang sana. Penulis baru ingat, pembaca baru mengetahui nama si “aku” dalam tokoh cerita ya? Kasian…
Kembali ke cerita…
Deg,,,, jantung ku berdegup nyaring seakan menggemparkan isi perut bumi. Suara yang sangat tak asing di telinga ku.
          “Angga?” Tanya ku tak percaya. Yach aku sangat mengenal suaranya walaupun hanya lewat telpon. Dulu sewaktu pacaran, ia sering menelpon ku hingga berjam-jam lamanya.
          “masih ingat sama suara aku?” Tanya Angga.
“masih. Koq nelpon?” Tanya ku seakan tak percya.
          “koq mash nyimpen nomor aku? Katanya udah di hapus?” sambungku tanpa henti. Nyerocos aja kayak bebek lagi kelaparan.
          “masih nggak berubah ya….” Ujar Angga lirih.
          “iiiih kamu… jawab dong!!!” pinta ku manja.Terdengar Angga hanya tertawa kecil di seberang sana. Aku menunggu jawaban dari Angga, lama sekali, hanya terdiam.
          “kemarin pacar kamu?” Tanya Angga memulai percakapan yang serius kali ini.
          “koq tahu? Padahal kamu kan nggak lihat aku?” Tanya ku heran
          “ya lihat lah, aku pura-pura aja. Eh jawab dong, kemaren tu pacar kamu?” Tanya Angga lagi
          “iya, kamu?”
          “owh, aku? Kenapa?” Tanya Angga tak mengerti maksud dari pertanyaan ku.
          “iya, kamu? Sama siapa kemarin?” Tanya ku seakan menyidik praduga tak bersalah.
          “kira-kira?” Tanya Angga singkat membuat ku geregetan.
          “nggak tahu.”
          “gak penting juga Mir… ketemuan yuk, kangen ne sama kamu” ucap Angga. Jantung ku makin berdetak kencang, di telpon aja jantung ku deg degan, apa lagi kalau ketemuan. Bisa copot jantung ku.sebenarnya aku juga kangen sama kamu. Tapi kalau sampai ketahuan Ryan bisa mati aku. Bisa-bisa disemprot abis-abisan. Walaupun dia kayaknya mau-mau saja menuruti keinginan ku, tapi kalau masalah aku jalan sama teman cowok saja dia bisa marah besar. Pecemburu kelas paus, besaaaaaaaaaaar.
          “gimana Mir? Bisa nggak?” Tanya Angga karena aku hanya terdiam. No comment gitu.
          “mmm… aku pikir dulu ya….” Pintaku pada nya
          “takut ketahuan ya…..? tenang aja, bisa di atur koq. Aku jamin deh nggak bakal ketahuan.” Usul Angga
          “ya udah kapan?” akhirnya aku luluh juga. Abis nya memang nggak bisa menolak ajakan nya.
          Pertemuan pertama, sukses. Mengundang pertemuan kedua, ketiga, keempat, bla bla bla…. Semakin lama ikatan semakin terjalin. Hingga menciptakan sebuah perselingkuhan. Kebohongan demi kebohongan terus berlanjut. Tak tahu kapan akan berakhir, dan apa akhirnya. Aku menyadari, ini adalah sebuah kesalahan. Aku juga melakukan hal yang pernah kami lakukan dulu. Tanpa sepengetahuan Ryan, aku selalu berhasil mengatur waktu untuk berbagi. Angga mengetahui hal itu. Dan ia tak pernah memaksa ku untuk memutuskan hubungan ku dengan Ryan. Tapi semua itu takkan bertahan lama. Sepandai-pandai nya tupai melompat pasti akan jatuh juga.
Hanya saja saat ini keberuntungan berpihak padaku. Aku selalu berhasil menutupi semuanya.

          Siang ini aku jalan dengan Angga ke  mall yang biasa kami kunjungi. Sedang asyik becanda-canda, sambil menjilat nikmat es krim favorite yang biasa kami beli. Ia berhenti, dan terdiam. Aku pun ikut berhenti, saat aku menoleh ke depan… ooouuucch… wanita separuh baya yang ku lihat bersama Angga kemaren berada tepet di depan ku. Ia menatap ku, lalu pandangan itu beralih ke Angga.
          “ini pacar kamu?” Tanya wanita itu pada Angga. Terdapat suatu kemarahan di mata nya. Angga menggenggam erat tanganku. Entah apa maksud nya, aku tak mengerti arti dari genggaman ini.
          “iya.” Jawab Angga mantap.
          “bukannya dia itu sudah punya pacar? Kenapa masih mau dengannya Angga? Kamu tu bodoh!” ucap wanita itu membuat batin ku tersentak.
Aku memandang kearah Angga, menginginkan Angga dengan segera menjelaskannya padaku. Aku tak mengerti seperti ini.
          “karena aku cinta sama dia” ucap Angga datar
          “cinta? Dulu sewaktu kamu menginginkan tante, apa kamu pernah punya rasa cinta? Kamu bilang kamu butuh uang, apa sama dia kamu mendapatkan uang? Bodoh” ucapan wanita itu membuat aku mengerti, dan sudah cukup menjawab pertanyaan yang belum terjawab selama ini. Aku melepas tangan Angga, dan menoleh nya tajam.
          “selesaikan aja dulu masalah kamu.” Ucapku dan langsung beranjak pergi. Hanya itu yang dapat ku ucapkan. Angga mencoba menahan ku, tapi aku tetap pada pendirianku. Aku tak sanggup jika harus mendengar cerita-cerita itu.

Berarti itu alasannya mengapa Angga tidak pernah mau cerita masalah tante itu. Aku tak menyangka, Angga sebejat itu. Memanfaatkan tante-tante girang yang kesepian hanya demi uang. Bumi sudah terlalu jauh berputar, hingga aku terlalu jauh melewatkan berbagai informasi.

Seminggu sudah berlalu aku mengurung diri untuk tidak mendengarkan penjelasan apa pun dari Angga. Sedangkan Ryan masih seperti biasa nya. Tidak mencurigai sedikitpun tentang tingkah ku.
Aku hanya berbaring-baring ria dikamar. Sendirian tepatnya. Yang lain pada keluar rumah. Bell rumahku pun berbunyi, terpaksa ku turun dari kamar dan membuka pintu. Mmm ternyata Angga.
          “ada apa?” Tanya ku sadis
          “aku pengen jelasin masalah kemaren.” Ucap nya
          “buat apa lagi sich?” tanyaku seakan aku risih padanya. Walau pun sebenarnya tidak sesuai dengan hatiku yg paling dalam.
          “bentar aja koq. Abis ne terserah kamu deh mau ngapain, mau ngambil keputusan apa.” Aku langsung menyuruhnya masuk dan duduk di ruang tamu.
          “aku akui aku salah Mir, tapi sekarang aku sadar aku lebih baik sama kamu.” Jelas Angga
          “ya iya lah, malahan aku lebih baik daripada tante itu.” Ucap ku geram.
          “aku pengen sama kamu Mir, aku udah jelasin smuanya sama tante itu.. please Mir maafin aku. Kita baikan lagi ya…?”
Ini dia jurus yang buat aku meleleh. Aku tak bisa menolak jika ia memohon padaku. Aku pun mengangguk pelan. Ia langsung mengecup kening ku. Saat ia melepas kecupannya, Ryan ternyata sudah berada di pintu depan. Ia melihat nya. Ia pasti marah besar padaku. Ia pasti takkan memaafkanku walau aku memohon sekalipun. Tapi ya sudahlah semuanya sudah terlanjur. Harus ku hadapi konsekuensi ku. This is my choice.
          “sudah berapa lama?” Tanya Ryan padaku. Aku terdiam harus berkata apa. Ia mendekati ku.
“kalau kamu udah ngerasa bosan sama aku, dan pengen sama orang lain, bilang dari awal. Jangan pake selingkuh kayak gini. Sakiiit mir” ucap Ryan. Mata ku tak bisa membendung air mata ini. Ia mengalir sendiri. Aku tak bisa menjawab apa-apa. Aku hanya bisa menangis.
“kalian saling mencintai?” Tanya Ryan.
“iya, tapi aku juga cinta sama kamu, aku nggak mau kehilangan kamu” ucap ku di sela-sela isak tangis ku.
“kamu nggak bisa memilih kedua-dua nya Mir. Sekarang kamu pilih aku atau dia?” Tanya Ryan dengan sangat tegas. Angga hanya terdiam. Menanti jawaban dari ku.
“aku nggak bisa jawab yan…” ucapku.
“kamu jawab aja Mir ikuti kata hati kamu, kalo kamu ingin memilih Ryan, aku iklas koq.” Akhirnya Angga juga ikut bicara.
Aku nggak bisa jawab,benar-benar nggak bisa. Aku mencintai kedua nya.
          “kalo kamu nggak bisa jawab, aku mundur Mir…” ucap Ryan dan langsung pergi meninggalkan dua insan yang saling mencintai itu. Ryan pergi dengan kekecewaan. Isak tangis ku semakin pecah di tinggal pergi oleh Ryan. Walau aku tak kehilangan kedua-dua nya, tapi aku merasa sangat bersalah. Ku kira hal ini hanya ada dalam mimpi ku kemarin. Ternyata benar-benar tejadi. Aku hanya bisa berharap, apa yang kudapat saat ini adalah pilihan yang tepat. Ryan, aku hanya bisa minta maaf… I’m sorry my boy…





“THE END”

0 komentar:

Posting Komentar