Selasa, 17 Desember 2013

menulis...

Untuk pertama kali nya, saya belajar menjadi orang "serius".
Bercerita berdasarkan hati, pikiran, serta keadaan. bukan berdasarkan imajinasi yang selalu tergantung di benak.
Sudah lama, dan... lama sekali, saya mencoba mengikuti sang inspiratif untuk selalu belajar dalam hal tulis menulis. Tidak mudah, tapi bagi saya cukup menyenangkan.
Dengan menulis, kita bisa membayangkan sesuatu yang tidak mungkin, menjadi mungkin. Imajinasi berperan penting dalam permainan kata. Dengan berimajinasi, terkadang membuat kita ikut terhanyut di dalam nya. seolah-olah berada dalam keadaan tersebut. Sedih, senang, takut, marah, dan sebagainya.
Sejenak, menulis bisa menghilangkan beban pikiran yang lain. Contohnya saja, galau. Penyakit otak yang tidak jelas penyebab nya apa.
"Kegalauan" itu sendiri, bisa tersingkir sesaat seiring dengan otak kita berpikir membayangkan sesuatu untuk di tulis. Karena otak kita terlalu sibuk memikirkan kata-kata yang tepat untuk di tulis, si "galau" pun pergi meninggalkan otak dan pikiran terfokus dengan yang kita ingin tulis.
Menulis, juga di percaya sebagai alat curhat. Dari zaman dulu, kita kenal dengan sebutan, Buku Diari. Mulai dari hal menyenangkan, dan mungkin lebih banyak hal percintaan anak-anak ABG. Mencurahkan isi hati dengan menuliskan semuanya kedalam Buku diari tersebut, memberi sensasi tertentu dalam jiwa. kata singkat nya, lega.
Bercerita dengan sebuah buku, walau buku itu tak akan bisa menjawab apapun pertanyaan, tapi jika isi hati, unek-unek sudah tercurah melalui tinta pulpen di atas kertas itu, setidaknya, rasa galau agak berkurang.
Zaman pun berubah seiring dengan waktu. Tempat curhat sekarang bukan lagi sebuah buku, tapi sosial media.
facebook, twitter, bahkan blog. Menulis tidak lagi menggunakan tinta pulpen. Tapi tetap saja, judul nya menulis. Menulis tetap menulis. Terkadang kita tak bisa mengungkapkan semua yang ada di pikiran melalui ucap kata...


Selasa, 04 Juni 2013

Aneka Souvenir

Mencoba Sesuatu yang baru. Yach... judul yang tepat untuk aku memulai sesuatu yang belum pernah ku coba. untuk sebagian orang mungkin tidak asing lagi. Aneka Souvenir Handmade. Mulai dari aneka Bros, Gantungan kunci, hiaan kotak tisu dan jika ada permintaan barang2 lain. Dijual dengan harga yang cukup tidak menguras dompet. harga berkisar antara Rp. 3000-8000 untuk gantungan kunci & bros. untuk kotak tisu sendiri berkisar antara Rp. 15000-30000. sangat cocok untuk acara pernikahan. jika pemesanan dalam jumlah banyak, mendapatkan harga potongan khusus. bisa juga untuk grosir jika pembelian diatas 1 lusin per model barang.
bagi yang berminat bisa langsung menghubungi ke 085386864432 ( Sms / whatsapp Only )
gambar di atas, hanya sebagian contoh saja...

Minggu, 03 Maret 2013

Where Am I…?




“aku dimana?” ucap ku setengah berteriak. Mataku terbelalak. Tak ada siapa-siapa di sini. Lalu aku akan bertanya pada siapa? Tempat ini kumuh, seperti tak terurus lagi. sebuah ruangan yang hanya lebar 3x4 meter. Aku mencoba cari jalan keluar, tapi tak kutemukan. Bahkan, sebuah pintu pun tak ada disini. Bagaimana bisa ruangan tak ada pintu. Bagaimana aku bisa masuk? Ruangan ini sangat tertutup rapat. Hanya ada ventilasi kecil di atas pojok sana. Mungkin itu sebabnya aku masih bisa bernapas dengan baik saat ini. Ruangan yang sangat berantakan, debu-debu tebal menghiasi setiap benda yang ada disini. Cahaya yang redup membuat aku semakin bingung sekarang aku ada dimana. Bagaimana aku mau keluar dari tempat ini? Seingat ku, tadi nya aku langsung pulang kerumah sewaktu pulang sekolah. Setelah itu aku… aku pingsan? Yang benar saja? Sebelumnya aku tak pernah pingsan, kecuali aku tertimpuk bola basket yang Aldi cs mainkan sekitar seminggu yang lalu di sekolah. Setelah itu aku tak pernah lagi pingsan. Aku mencoba mengingat-ingat kejadian sebelum aku berada di tempat aneh ini. Atau, mungkin saja, ada penculik yang membawa ku ke sini sewaktu aku dirumah tadi. Cukup masuk akal, tapi kenapa aku di culik? Orang tuaku bukan jutawan, miliyarder, atau konglomerat? Aku bukan juga anak pengusaha ternama, bukan juga anak pengurus Negara, aku hanya anak PNS yang mengajar di salah satu SMA di bandung. SMA nya juga biasa saja. Lalu, kenapa aku di culik? Jangan-jangan, aku mau di perkosa? Pikiran ku semakin menerawang. Aku memeriksa seluruh bagian tubuhku. Utuh… tapi aku masih berseragam sekolah. Yach, aku ingat sekarang, berarti aku di culik sebelum sempat aku ganti pakaian. Aku duduk di pojok kiri ruangan. Aku tak boleh menangis, aku harus cari jalan keluarnya. Mataku berputar-putar mencari celah. Aku tak mungkin ada disini jika tak ada jalan. Lubang mungkin, atau terowongan, atau apa sajalah. Mataku tertuju pada kotak kecil. Tak jauh dari tempat ku duduk.aku penasaran, dan ku raih kotak kecil itu. kutiup debu yang menyelimuti. Terbuka… hanya sebuah buku. Seperti buku diary. Tapi tak seperti buku diary zaman sekarang. Buku nya tebal, dan kertasnya berbeda. Bukan corak Barbie atau sejenisnya. Buku nya keras, mungkin karena terlalu lama tersimpan. Aku membuka halaman pertama di buku itu.
“Whoaaaaaaa” terikanku memekakkan telingaku sendiri. Seekor tikus putih kering menempel di halaman pertama. Dengan cepat aku membuka halaman kedua. Aku menelan ludah untuk siap-siap terkejut. Hanya ada tulisan….
“setiap yang hidup, pasti mati”
Semakin penasaran aku membuka halaman berikutnya.
“kamu akan menjadi bangkai”
Jantungku mulai berdegup kencang. Apa ini artinya aku akan di bunuh disini? Aku akan mati seperti tikus kering ini? Aku tak mau mati seperti ini. Aku masih tak ingin mati. Masih banyak yang ingin ku kejar. Cita-cita ku, dan aku belum mendapatkan Aldi. Satu-satu nya cowok yang membuat ku semangat jika ke sekolah. Oh Tuhan, aku tak ingin mati dengan cara ini.
Prakkk…. Ku lempar buku itu kelantai. Tapi ia malah terbuka, tepatnya di halaman akhir. Mataku tak sengaja membaca tulisan terakhir itu.
“YOU WILL DIE”
Ku tendang buku itu dan GuBRaAakkKK buku itu tertimbun buku yang lain di pojok kanan yang ternyata ada rak buku. Aku mulai panik, aku mencari-cari jalan keluar. Aku tak ingin mati sia-sia seperti ini. Aku harus keluar dari sini.
Aku mencari-cari Handphone ku di saku, tapi tidak ada. Hilang, atau terjatuh mungkin. Tiba-tiba… ada suara langkah kaki manusia dari bawah sana. Telinga ku ku tempelkan di lantai. Untuk mendengar langkah kaki itu. apa itu langkah kaki sang penculik? Yang akan membunuhku? Dengan membawa pisau yang akan mengulitiku dengan kejam, berjubah hitam, bertopeng seperti tokoh penculik, pembunuh, penjahat di film-film. Ia datang dan dengan lihai nya mengayunkan senjata mereka, tanpa ampun membunuh seperti berburu. Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan? Suara nya semakin mendekat… semakin terdengar ayunan langkah kaki tegap itu. dari arah tumpukan bawah buku-buku yang berserakan. Apa di situ jalan keluarnya? Ku dekat kan telinga ku di antara buku-buku yang berserakan. Langkah kaki itu sangat jelas terdengar. Aku yakin penjahat itu ingin naik ke sini. Dengan sigap, aku menumbangkan rak buku untuk menahan jalan itu. sementara mataku jelalatan berputar-putar mencari tempat persembunyian. Buku itu bergerak… penjahat itu ingin membuka pintu rahasia itu. ku temukan sebuah lemari berukuran sedang. Tanpa pikir panjang, aku masuk kedalam lemari itu dan mengunci diri. Napasku terengah-engah. Darah, jantung, lebih cepat dari biasanya. Aku sangat takut. Aku tak mungkin melawan. Aku bukan jagoan. Ku coba untuk tetap tenang, aku diam seribu bahasa. Aku hanya mendengar ia berusaha mendorong buku-buku serta rak nya agar ia bisa naik ke sini. Tak lama, suara nyaring dari buku-buku itu beralih dari pintu rahasia.
KreeekKkkk terdengar suara pintu rahasia itu terbuka perlahan. Sesorang naik keatas. Dari celah-celah kecil lemari, aku menemukan bayangan itu. bayangan seseorang bertubuh besar. Ia berjalan di sekitar ruangan, seperti nya, ia sedang mencariku. Aku mencoba menahan nafasku agar tidak terdengar sedikitpun oleh nya. Dentuman-dentuman keras, semakin membuatku takut. Ia mengayunkan senjata yang di bawa nya ke dinding, ia tak bersuara sedikitpun. Keringat dingin mulai bercucuran dari tubuhku. Ya tuhan, inikah akhir hidup ku. yang harus berakhir dengan cara sadis seperti ini? Lindungi aku yan tuhan. Mata ku menangkap, wajah seram itu, ia menoleh kearah persembunyianku. Wajah nya yang tak utuh lagi, goresan luka, tangan nya berdarah dengan menggenggam sebuah golok. Ia semakin dekat berjalan kearah ku, tubuh ku semakin gemetaran. Ingin rasanya aku berteriak melihat wajah buruk rupa itu. ku pejam kan mataku, aku mencoba pasrah dengan keadaanku sekarang.

AaarRrgggghhhh suara derhaman sosok lekaki separuh baya itu berteriak. Aku melihat nya dengan sangat jelas, aku mencoba untuk tenang dan tetap bersembunyi di balik lemari ini. Ia sepertinya tak melihat ku, dan tak mengira aku ada di lemari ini. Tubuhnya hendak berbalik, mungkin ia ingin turun dan mencariku di luar. Mungkin aku di kira nya sudah melarikan diri. Tiba-tiba saja, ada seekor kecoa di didalam lemari ini. Bukan seekor, ternyata lebih, tiga, atau lima mungkin, aku tak sempat berhitung. Binatang yang paling ku takuti di dalam rumah, sekarang hinggap di kaki ku. Aa… segera ku tutup mulutku dengan kedua tangan ku. teriakan pendek ku, ternyata terdengar oleh lelaki itu. ia berbalik kearahku. Mendekat kearah persembunyikanku. Oh… tidak… tamat lah riwayat ku. aku sayang mama, papa, aku sayang Aldi, aku sayang temen-temen, aku sayang semuanya. Air mataku tergenang mengalir di pipi. Aku pasti mati sekarang. Aku pasti di bunuh, di kuliti, dan mungkin di keringkan seperti tikus di buku tadi.
BrrraaAaakkKk BraaaKkkk BrrRaaAaakkK  lelaki itu memukul lemari tempat persembunyianku. Aku tetap terdiam, sambil terisak di dalam lemari itu. aku tak tahu harus berbuat apa. Berulang kali ia memukul lemari itu, hingga akhirnya, GubbbBraAaaakKKkkk lemari beserta isinya, diriku sendiri terjatuh di lantai.
Pinggangku terasa remuk saat terjatuh.mata ku terpejam, aku tak ingin membuka mataku melihat ia akan mengayunkan golok nya dan menggorok leherku. Ia menyentuh bahu ku, semakin kencang desiran darahku mengalir ketakutan.
“Re…” ucap seseorang sambil mengayunkan lengan ku. seperti suara wanita. Bukan kah yang tadi seorang lelaki separuh baya dengan wajah buruk rupa? Kenapa sekarang berubah menjadi wanita? Aku membuka mataku perlahan, sepertinya mata ini terasa berat, mungkin karena banjir air mata. Dengan sontak aku terkejut melihat sosok wanita di depan ku sekarang.
“mama…?” ku lihat diriku terbaring di lantai di samping tempat tidur. Ku gosok-gosok mataku hampir tak percaya. Ku lihat di sekeliling, ada jendela kaca yang terang oleh langit senja, di pojokan kiri ada kucing kesayanganku Pussy yang asik dengan mainan nya. Ini kamarku? Yaps aku yakin ini kamarku.
“kamu tuh kebiasan ya, pulang sekolah langsung tidur, sepatu belum di buka, masih pakaian seragam. Ini udah magrib. Mandi sana abis itu, kita makan malam di bawah. Mama tunggu ya” ujar mama padaku dan segera meninggalkanku untuk menyiapkan makan malam.
Owh, ternyata aku ketiduran sewaktu pulang sekolah. Fiuh, aku lega, ternyata aku hanya mimpi hingga terjatuh dari tempat tidur. Aku lega, aku belum mati. Aku masih bisa bersama mama, papa, dan teman-temanku. Dan yang pasti, aku masih bisa bertemu Aldi, besok…


                                           The End

ketika “Playgirl” kena “batunya”






Punya wajah cantik, body menarik, dan menjadi rebutan adalah hal yang relatif bagi keinginan para lady’s. yach… walaupun fisik bukan segalanya, tapi fisik adalah hal pertama yang di lihat oleh mata. But, hati tetap jadi “ the number one “ dalam hidup ini. Seperti dalam sebuah kisah di cerita ini. Seorang cewek yg hampir bisa di bilang cewek perfect yang punya segudang kelebihan terutama dalam hal fisik. Tapi bisa di bilang seorang cewek yang nggak punya hati. Semua cowok tergila-gila pada nya. Dan semua cewek iri padanya. Tapi sayang, ia di kagumi tapi jahat sama pengagum nya. Berapa banyak “mantan pacar nya” yang hampir stress di buat nya. Walaupun ia tak pernah menganggap mereka sebagai “mantan”….
Nama nya Sisil, cewek imut dari kota metropolitan Jakarta. Terkenal karena wajahnya yang sangat menggoda dan menaklukkan cowok manapun yang ia suka. Tergolong anak manja juga, walaupun bukan anak konglomerat apalagi anak nya presiden. Emang kalau anak manja harus anak presiden yach…? Jadi bingung penulis. Ya sudah lah, jangan diperpanjang lagi kembali ke laptop… kata Tukul Arwana. sudah banyak lelaki yang di buat nya puyeng, dan sudah berapa rupiah yang di habiskan para lelaki untuk menaklukkan hatinya. Tapi ia selalu bermain-main dengan yang namanya cinta. Tak pernah menghargai niat tulus seseorang. Dengan sadis ia meninggalkan “pacarnya” itu setelah ia puas menghabiskan uang para lelaki. “toh…. Sebelum cowok mempermainkan kita, kita dulu yang mempermainkan cowok…!!!! “ ujar Sisil ketika salah satu teman baiknya menasehati nya. Rere… namanya. Sahabat yang di kenal nya sewaktu masuk SMA. Yang tak bosan-bosan nya menasehati sahabatnya itu yang nggak bisa di kasih tahu. “tunggu aja pasti kena batu nya…” celutuk Rere ketika ia merasa sangat kesal oleh tingkah Sisil yang cuek bebek.Sisil hanya mencibir ketika Rere mengatakan hal itu. Yang semakin membuat Rere tambah kesal olehnya.

Saat disekolah…..

Jam istirahat pun tiba, seperti biasa Sisil dan Rere berburu makanan di kantin sekolahnya. Rere dengan lahap nya ia makan tanpa memperhatikan pemandangan di sekitar nya. Sedangkan Sisil tidak terlalu memperdulikan bulat-bulat bakso di mangkok nya itu yang membuat tergiur, matanya tertuju pada sosok cowok “Black Sweet” di pojok kanan dari kantin itu.postur tubuh yang sedang, dan nggak bosan jika di pandang. Mata Sisil masih tetuju pada cowok itu. Yang membuat ia geregetan ( seperti lagunya sherina).Rere pun tersadar dari pertempurannya menggigit bulat-bulat bakso.dan melihat kea rah mata Sisil.

“woy… ngapain liat dia? Udah punya pacar tau…!!!” ucap Rere seakan bisa membaca pikiran Sisil. Walaupun memang benar sich.
“tau aja loe… tapi apa sich yang nggak bisa gue taklukin…” ucap Sisil dengan begitu optimisnya.
Rere hanya bisa melongos mendengar ucapan Sisil.Sisil tersentak sesaat. Mengingat kembali ucapan Rere tadi. “pacar?” mungkin saja sich cowok semanis itu sudah memiliki seorang pacar. Tapi koq Rere bisa tahu ya…? Pikir Sisil sejenak. Sisil langsung memandang kearah Rere yang tepat berada di sampingnya itu. Rere pun menghentikan suapan nya itu.
          “kenapa?” Tanya Rere singkat sambil menunggu jawaban dari Sisil.
          “gue mo nanyak ne, koq loe bisa tahu cowok itu udah pnya pacar?” Tanya Sisil langsung kepokok pertanyaan. Sambil menunggu jawaban dari Rere, Sisil menyempatkan diri untuk menyuap pentolan bakso itu kedalam mulut nya yang di bilang para cowok sich sexy (mmmm…… ).
          “o… itu. Ya iya lah gue tahu. Dia itu kan tetangga gue.” Jawab Rere sembari melanjutkan makannya.
          “What…? Loe koq gak bilang sich tetangga loe ada yang semanis itu…?”
          “kalo gue bilang habis dong tetangga gue di samber sama loe.”
          “aaaah loe… koq dia bisa di sekolah kita? Koq gue gak pernah liat yach cowok semanis itu.? Ucap Sisil sambil memandang ke arah cowok “Black Sweet” itu.
          “nanyak nya 1-1 dong,,, mmmm dia tu baru pindah kesini. Anak IPA tau…!!!” jawab Rere dengan muka yang khas apabila membanggakan sesuatu.
          “cupu dong?” Tanya Sisil datar.
          “yaaaa nggak lah. Buktinya aja dia punya pacar sekeren Mitha.”
          “Mitha yang mana…?” Tanya Sisil penasaran.
          “iiiiii dasar loe yaaaa ngaku nya aja yang gaul, tapi sama Mitha aja nggak kenal. Itu tuu,,,, finalisPutri Indonesia tahun ini.” Jawab Rere dengan panjang lebar nya sampai melupakan bulat-bulat bakso yang berenang ingin di makan.
          “masa,,,,? Gila punya sihir apa dia? Punya saingan berat dong gue.” Ucap Sisil sambil menarik nafas yang dalam.
          “banget…” jawab Rere dengan pasti akan kekalahan sahabat nya itu jika bersaing melawan putri Indonesia yang pastinya cantik banget. Walaupun nggak jauh beda kecantikan nya di banding dengan Sisil, tapi dari segi ketenaran sudah 1-0 skor nya.
Tapi hal itu pasti bukan menjadi hambatan buat Sisil untuk merebut hati cowok “Black Sweet” itu.
          “Re, nama cowok itu siapa s? punya phone number kaaaaan?” Tanya Sisil yang sekaligus memelas…
          “yaaaaa gue tau, penyakit loe kumat ne. nama nya Irfan ne nomor nya.” Jawab Rere sambil menunjukkan nomor hp nya Irfan d BB miliknya.
Sisil pun dengan girang meraih hanphone nya Rere dan menyalin nomor nya Irfan.

*     *    *

Hari-hari pun berlalu, Irfan makin dekat dengan Sisil. Walaupun status nya masih pacaran dengan Mitha. Ternyata Irfan sangat agresif, cukup gentle juga untuk mmencicipi bibir nya Sisil walaupun baru status nya “TTM”… (Teman Tapi Mesum…. Oooppssss).
Rere hanya bisa geleng-geleng kepala saat mendengar cerita nya Sisil yang rela banget jadi simpanan. Padahal Irfan nggak sama sekali menghamburkan uang nya untuk Sisil. Nggak seperti “mantan pacarnya” yang lalu.
Mungkin karena Sisil sudah terperangkap oleh yang namanya cinta. Cinta yang nggak di harapkan untuk tumbuh. Cinta yang harus nya nggak pernah ada. Hanya cinta bertepuk sebelah tangan. Irfan hanya melampiaskan nafsu belaka. Nggak pernah tulus. Hanya memanfaatkan Sisil yang sedang di landa asmara.dan jika Irfan di suruh memilih, ia pasti memilih Mitha yang jelas-jelas adalah pacarnya. Sedangkan Sisil??? Hanya pelabuhan sementara di saat Irfan punya waktu.
          Kejadian yang tak di inginkan pun terjadi, Irfan memutuskan hubungan TTM nya dengan Sisil. Hanya dengan alasan yang sangat menyakitkan, Irfan bilang ia ingin ke hubungannya semula bersama Mitha. Tanpa ada hubungan gelap seperti ini. Sisil menerima keputusannya dengan sabar, tegar, walaupun ia sangat rapuh, hatinya menangis. Yach… kadang semua kejujuran selalu menyakitkan.
          “mungkin ini karma gue Re…..” isak Sisil sambil menangis saat ia berada di rumah nya Rere untuk curhat. Rere mencoba untuk menghibur sahabatnya itu. Tapi tetap saja sahabatnya itu mewek.
          “yang sabar yach,,, lupain aja dia. Masih banyak kan cowok lain yang rela berkorban buat loe. Jangan yang kayak Irfan lagi.”
“tapi Re,,,, nggak ada yang seperfect Irfan. Dia tu berhasil banget buat gue jatuh cinta. Gue nggak pernah ngerasain cinta kayak gini sebelumnya Re…” ucap Sisil di sela-sela tangisnya.
          “itu lah yang nama nya karma Sil, saat loe udah jatuh cinta sama dia, loe bakal kehilangan dia. Seperti saat loe mutusin mantan-mantan loe dulu. Mereka semua pasti ngerasain hal yang sama kayak yang loe rasain sekarang.” Ucapan Rere membuat Sisil tertegun. Ia teringat saat ia memutuskan hubungan nya dengan mantan-mantanya itu tanpa perasaan sedikitpun. Tanpa ada rasa bersalah, kata maaf apa lagi. Edi, cowok yang sangat baik padanya, memberikan apapun yang Sisil minta. Tapi Sisil memutuskannya dengan alasan yang tak jelas. Di saat Edi sudah banyak menghabiskan uangnya. Sampai-sampai, Edi jadi kecanduan narkoba karena stress di putuskan Sisil. Nggak tahu kabar nya sekarang, sudah menghilang di telan bumi, di bawa angin, di hapus ombak… (wew,,,, lebay sich).
“jadi gue harus gimana Re..?” Tanya Sisil bingung sambil menghapus air mata nya yang deras seperti hujan lokal.
          “kalo Irfan jodoh loe, pasti balik lagi koq sama loe.” Ujar Rere meyakinkan Sisil.
Sisil hanya terdiam pasrah. Mengikuti arus air yang akan membawa nya kemana. Tapi ia tlah berjanji pada dirinya sendiri, akan berubah menjadi lebih baik dari sekarang. Luka yang ada, di anggap angin lalu. Biarlah ia selalu di hati walau tak bisa di miliki. Toh yang nama nya cinta tak harus saling memiliki kan???
          Dengan tegar Sisil melewati hari yang ia lalui. Ia tempuh segala sakit hati. Kekesalan dan kehancuran hatinya sedikit demi sedikit bisa terkumpul kembali. Walaupun tak seutuh dahulu. Saat ia menjadi manusia yang tak punya perasaan. Punya tampang tapi tak punya hati.


          Sisil melakukan aktifitas seperti biasanya. Saat di parkiran sekolah, Sisil tak sengaja berpapasan dengan Irfan. Tambah manis…..
Mereka hanya berpandangan mata sesaat. Kangen juga sama Irfan. Rindu akan belaian mesra nya dulu. Saat masih bersama, sampai sekarang masih teringat jelas kenangan kemarin. “akan kah terulang lagi ya Tuhan…?” pikir Sisil sambil terbayang kenangan l;alu saat bersama Irfan. Kenangan yang paling indah. Ia pun langsung mengambil sepeda motornya dan hendak langsung pulang.
          “hey…” ucap seseorang di belakang Sisil yang kedengarannya sangat nggak asing di telinga.
          “Irfan….?” Ucap Sisil dan langsung menoleh kebelakang untuk memastikan sumber suara yang menyapa nya tadi. Ternyata benar, cowok “Black Sweet” itu tepat berada di belakang nya. Ada rasa tak percaya tersirat di hati. Tapi rasanya bahagia, walau ia hanya mengucapkan satu kata. Cinta memang gila ya…!
          “koq bengong?” Tanya irfan sambil memperhatikan wajah Sisil yang terlihat jelas bahwa ia sedang bingung.
          “mmm nggak koq. Ada apa?” Tanya Sisil agak sedikit gugup.
          “ke kafe yok, biar enak ngobrolnya.” Ajak Irfan. Mana mungkin Sisil menolak ajakan nya. Sisil hanya mengangguk kecil dan mengikuti ajakan Irfan.

Sesampai di sebuah kafe, Sisil tidak banyak mengeluarkan kata-kata. Dan Sisil juga nggak tahu maksud dari cowok pujaan nya mengajak nya ngobrol khusus berdua di kafe romantis seperti ini. Sisil nggak berani untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu. Ia meneguk coffe late favorite nya itu dengan nikmat.

“apa kabar?” Tanya Irfan sambil memandang kea rah mata Sisil. Yang membuat Sisil rasa nya tertusuk setelah membalas tatapan itu. Begitu tajam…
“baik.” Jawab Sisil singkat
“aku tahu kemaren aku salah banget udah mutusin kamu, aku nyesal Sil…” ucap Irfan langsung ke pokok permasalahan. Kata-kata itu membuat Sisil terdiam sejenak. Berpikir bahwa ternyata Irfan masih punya hati. Buktinya ia menyesali perbuatannya yang sangat menyakiti hati Sisil. Menggoresnya tajam seperti silet. Sisil sama sekali nggak tahu harus ngomong apa, toh pembicaraan Irfan bukan lah suatu pertanyaan.
“kamu kesal sama aku? Masih marah? Marah aja Sil nggak apa-apa koq. Aku pantes kamu benci.” Sambung Irfan setelah tak mendengar satu koment pun dari Sisil.
“aku nggak marah koq sama kamu.” Jawab Sisil yang akhirnya angkat bicara setelah mempertahan kan predikat “mogok ngomong”.
“kamu maafin aku kan Sil? Aku minta maaf banget sama kamu sil…” ucap Irfan sambil menunjukkan wajah yang benar-benar serius meminta maaf. Seakan memang menyadari kesalahannya di waktu lalu. Sisil hanya mengangguk kecil tanda mengiyakan.
“aku pengen kita balikan Sil…” lirih Irfan.
Deg…. Jantung Sisil berdetak lebih kencang saat mendengar ucapan Irfan. Ada rasa tak percaya. Bahkan memang sulit untuk dipercayai. Sisil terdiam. Ingin rasa nya Sisil mengatakan kata iya… tapi apa semudah itu, tanpa mempertanyakan alasan Irfan pengen balikan. Padahal dengar-dengar Irfan masih pacaran dengan Mitha.
          “kamu mau kan Sil?” Tanya Irfan sekali lagi, sambil meraih tangan Sisil dan menggenggamnya erat. Erat sekali, seakan tak ingin pisah seperti judul lagunya Eren.
          “Fan, aku ragu sama kamu. Aku nggak mau lagi jadi yang kedua” ucap Sisil
          “Sil, kamu nggak akan jadi yang kedua, Mitha udah aku putusin dia ternyata selingkuh dibelakang aku, dan aku tahu kamu yang terbaik buat aku.” Irfan berusaha meyakinkan Sisil dengan tutur katanya. Namun Sisil belum bisa menjawab apa-apa. Ia takut ia hanya menjadi pelampiasan semata setelah putusnya Irfan dengan Mitha. Tapi ia juga nggak mau mengsia-sia kan kesempatan ini.
          “beneran kamu udah putus sama dia?”Tanya Sisil lagi untuk meyakinkan dirinya sendiri yang masih galau harus melontarkan jawaban apa.
          “beneran, aku nyesel Sil ninggalin kamu. Mau ya balikan lagi sama aku?”
          “status kita?” Tanya Sisil lagi dan lagi
          “pacaran, bukan TTM lagi koq tenang aja.” Jawab Irfan meyakinkan Sisil.
          “ya udah, kita pacaran lagi, tapi jangan kecewain aku lagi ya….” Ucap Sisil yang akhirnya menerima kembali untuk kesempatan kedua buat Irfan.
          Semakin lama hubungan nya pun semakin baik, ternyata Irfan benar-benar serius dalam menjalin hubungan. Nggak ada perselingkuhan, hanya konflik-konflik biasa yang di jadikan bumbu dalam percintaan. Irfan selalu berkata, “ingin sampai ke pelaminan sama kamu Sil…” ucapan itu selalu terngiang ditelinga Sisil. Selalu terbayang jika apa yang direncanakan terlaksana lancar. Walau halangan dan hambatan pasti ada, namun harus selalu di pertahan kan. Jangan sampai tergoyah oleh hembusan badai, terkikis oleh terjangan ombak. Cinta kan tetap utuh. Asal ada kepercayaan dan kesetiaan.



“ THE END “

Lampu Merah ( STOP...! )




Part 3

          Weekend yang tak dinanti. Kenapa sih harus ada hari sabtu dan minggu? Kenapa habis jumat nggak langsung senin aja. Mungkin itu hanya kata-kata bagi para jomblo. Tapi tidak bagi yang sudah punya pacar. Weekend merupakan hari yang paling di tunggu. Walau hanya sekedar jalan, makan di restoran, keliling mall, nonton di bioskop, nongkrong di warung kopi atau hanya sekedar ngapel santai dirumah.
Tepat jam 7 malam ku lihat jam dinding di kamar. Handphone tak kunjung berbunyi, lagi rusak, atau sinyal nya hilang, sampai-sampai tak ada sms atau telpon yang masuk. Yang sabar lah para jomblo, akui saja kalau memang taq ada yang niat mau ngapel, sedangkan teman-teman yang lain, pasti sibuk dengan acara nya masing-masing. Makanya tak ada yang sempat mau sms. Pas handphone berbunyi, sudah berharap ada someone yang sms, tahu-tahu sms dari operator. Fiuh… nggak enak juga lama-lama dalam kesendirian. Umur sudah di atas 20, di bawah 25, sudah sarjana, tapi masih pengangguran. Nasib-nasib. Belum di samperin Dewi Fortuna sama Dewi Cinta. Masih sibuk mengatur yang lain kali ya, hingga aku belum kebagian.
Berteman dengan monitor segi empat, online dan online. Ada nggak yang lebih membosankan dari ini? Ku tutup layar segi empat itu dengan rapi. Beranjak di depan cermin memandangi wajah dalam cermin itu. kurang apa sih? Lumayan cantik, menarik, dengan rambut terurai panjang dan sedikit poni menutupi kening. Hidung yang tak begitu mancung, mata yang indah, dan pipi yang merona. Ku cium kedua keti ku, lumayan wangi. Terus, kenapa tak ada pria yang mendekati ku? ngomong depan cermin.
Handphone ku berbunyi, dengan sigap kuraih telpon genggam ku yang tak jauh dari aku duduk. Ku lihat nama Uly di sana. Tumben dia nelpon, pikirku.
“napa Ul…?” Tanya ku saat menjawab telpon itu.
“bosan nih, jalan yok” ujar nya.
“kemana?”
“humb,,, gimana kalo kita karaoke aja. Di tempat biasa” usul Uly. Seperti nya ide bagus. Bisa menghilangkan penat, bosan, dan bisa teriak sepuasnya. Walau suara cempreng, tidak masalah. Judulnya kan yang penting happy.
“boleh tuh, sekarang aja.”
“sip, jemput aku ya… heee” ucap Uly memelas.
“iya… siap-siap aja, aku sms kalo udah otw” ucapku.
“ok” klik. Kututup telpon itu segera, dan siap-siap untuk pergi. Setelah ganti baju dan dengan sedikit polesan yang seminimalis mungkin, aku bergegas berangkat menggunakan sepeda motor kesayanganku untuk menjemput Uly yang tak jauh dari rumah ku. hanya butuh 5 menit dengan memacu sepeda motor aku sampai kerumah nya. Ia pun menunggu ku di luar. Yach… beginilah aktifitas para jomblo jika di landa galau karena kesendirian. Sangat kebetulan, aku dan Uly sama-sama jomblo. Jadi aku tak akan sendirian dirumah. Kami berdua sampai di parkiran salah satu tempat karaoke favorit di salah satu kota ini. Tak tanggung-tanggung, kami boking 2 jam. Padahal hanya berdua. Galau nya sudah tingkat dewa sih, jadi harus ekstra puas memanjakan diri. Teriak-teriak nggak jelas diruangan segi empat.
Lumayan terhibur, dan menghilangkan kegalauan sejenak. Setelah dari tempat karaoke, kami tak berniat untuk menyinggahi tempat lain lagi. segera pulang saja. Di persimpangan jalan, ku lihat traffic light sudah berwarna kuning, aku memacu kencang sepeda motorku. Berharap, sempat melewatinya. Tapi ouch… belum sempat melewati zebra cross, lampu merah menyala. Akhirnya ku putuskan untuk mengerem. GubRraKKk sparkboard motorku di bagian belakang tertabrak seseorang dari belakang. Aku berteriak kaget, begitu juga Uly yang ada di belakang ku. tidak terjatuh, tapi lumayan membuat sparkboard ku bengkok beserta plat nya. Dengan segera aku menoleh kebelakang, ingin melihat siapa yang menabrakku.
Seorang pria dengan motor besar nya, menggunakan jaket kulit hitam. Dan menggunakan helm standar full. Hingga wajahnya tak begitu jelas terlihat. Hanya matanya saja yang terlihat.Aku tak perduli bagaimana wajahnya. Mau ganteng, manis, cute, yang pasti ia telah membuat motorku rusak. Walaupun sedikit.
“woy, bawa motor kira-kira dong” teriakku padanya. Ia hanya menoleh ku, tanpa menggubris sedikitpun. Budeg atau tuli sih, ku pandangi semua orang yang berhenti di traffic light memandangiku.
“woy, kamu nggak liat motor aku sampe bengkok. Aku mau minta ganti rugi” sambungku padanya. Aku tak perduli orang-orang memperhatikanku.
“udah la De, kan nggak parah gimana motor kamu. Bentar lagi lampu hijau tuh” ujar Uly padaku.
“koq kamu bela dia sih?” tanyaku kesal.
“bukan ngebelain dia sih, cuman nggak mau perpanjang aja.” Jawab Uly yang membuat ku merengut tanpa dukungan.
Cowok itu maju di sampingku. Ia mengeluarkan dompet, dan mengeluarkan sejumlah uang. Kulihat ia mengeluarkan  beberapa ratus ribu dari dompet nya yang sudah lumayan usang berwarna coklat tua. Di raihnya tangan ku, dan meletakkan selembar uang, dan di genggamkannya. ia tak berkata apa-apa, tapi ia menatapku. Entah apa maksud tatapan itu. hingga aku tak begitu memperhatikan sejumlah uang yang di berikannya padaku. aku membalas tatapan itu tanpa bicara juga.  mungkin, selain tuli, ia juga tak bisa bicara kali ya, pikirku. Kata maaf saja tak terucap darinya. Lampu hijau menyala, dan ia segera memacu sepeda motor nya. Saat ku buka genggaman tangan ku, ku lihat uang lima ribu satu lembar yang diberikannya padaku. aku semakin kesal, geram dengan sosok pria aneh itu. Uly tertawa saat ia melihat ku.
“ini benar-benar penghinaan” ocehku. Ingin mengejarnya tapi ia telah berlalu.
Kiiiickkk kiiicccckkk suara klackson dari arah belakangku berbunyi nyaring di telinga. Karena sudah lampu hijau dari tadi. Dengan sigap, aku memacu laju kencang motorku. Benar-benar malam yang malang. Sudah jomblo, di tabrak, di kasi lima ribu lagi. beli burger aja nggak cukup. Hedeh… sesampai dirumah, aku ingin tidur secepat mungkin untuk mengistirahatkan otak ku yang telah bekerja tanpa henti seharian.

                                                       ***

         
          Cuaca yang cerah. Kulihat jam weker di atas meja samping tempat tidur. Jam menunjukan pukul 08.30 pagi. Yups… masih terlalu pagi. Biasanya untuk hari minggu, aku bangun jam 10 pagi. Paling awal… (gimana molornya?) Cahaya pagi telah masuk kearah jendela kaca. Aku membuka jendela itu. dan mata ku terbelalak saat melihat sosok di seberang jalan. Tepat nya bersebrangan dengan komplek rumahku. Cowok aneh tadi malam dengan sepeda motor, helm, dan jaket yang sama. Ia terlihat memasuki halaman parkiran rumah itu menuju garasi. Sebelum nya aku tak pernah melihat ia datang ke sini. Pikirku. Dan yang pasti aku tak pernah punya tetangga seperti dia. Lalu, ia ngapain kerumah itu? dengan sigap, aku turun ke halaman rumah ku, tanpa sempat cuci muka lagi. aku turun kehalaman depan rumah ku. dan menghidupkan kran air. Ceritanya ingin pura-pura nyiram tanaman, atau apapun yang ada di halaman lah.
Berharap ia akan keluar lagi, aku sangat penasaran dengan wajahnya. Aku hanya mengingat-ingat bola matanya saat menatap ku. rasanya, menusuk sekali. tapi aku kan tidak mengenalnya sama sekali. dan mungkin, aku tak ingin mengenalnya. Celutuk pikiran ku bergentanyangan kemana-mana. Ngelantur nggak jelas. Ternyata benar, tak sia-sia aku buru-buru turun, ia terlihat ingin pergi lagi, dengan pakaian berbeda, tapi helm yang sama. Dan aku tetap tak bisa melihat wajah itu. jadi ia pulang, cuman untuk ganti baju, nggak pake mandi, iiih jorok. Bidik ku geli. Ia menoleh kearah ku,
Aduh… ketahuan. Pikirku. Ia pasti mengingat wajahku. Ia tak mungkin lupa. Aq mnyiram-nyiram tanaman pura-pura nggak memperhatikan sosok misterius itu dari kejauhan. Ia mengeluarkan motor andalan nya dari garasi. Dan ia menuju kearahku. Ingin rasanya aku bergegas lari kedalam rumah. Tapi tak mungkin. Sudah tertangkap  basah. Ia semakin dekat, dan berhenti tepat di luar pagar rumahku.
“jadi kamu pembantu sini ya?” teriaknya padaku. aku sontak kaget dan kesal mendengarnya. Emang wajahku, wajah-wajah pembantu.  Sudah tuli, buta lagi. nggak bisa bedain mana pembantu mana majikan. Celutuk ku dalam hati.
“kalo jadi pembantu, harus rajin mandi pagi. Masa mau kerja lemes kayak gitu. Pasti baru bangun tidur? Baju tidur nya aja belom diganti” sambungnya. Aku menoleh ke arah tubuhku sendiri. Hoaaaa ternyata aku benar-benar memakai sepasang piyama. Ketahuan kalau baru bangun tidur.
“dasar aneh, emang aku nggak tahu apa, kalo kamu pulang Cuma ganti baju. Nggak pake mandi. Iiihhh sok mau ngatain orang lagi.” balasku sambil menunjukan wajah yang sangat jelek yang pernah ku perlihatkan.
“ternyata, aku cukup menarik ya, menarik perhatian kamu yang rela-rela turun dari kasur, cuman pengen memperhatikan aku dari kejauhan. Itu baru namanya fans sejati” ucapnya yang semakin membuatku kesal. Seumur-umur aku baru kali ini ketemu orang super aneh dan super nyebelin.
“bawa pulpen nggak? Sekalian aku mau ngasi tanda tangan buat kamu… humb, di piyama kamu aja ya tanda tangan nya” ucapnya. Dengan spontan aku menyiramkan slang air kearah nya. Sukurin, ngeledek nggak ada mati nya. Cowok itu langsung turun dari sepeda motor nya. Dalam keadaan basah kuyup, ia membuka pagar rumahku yang tak terkunci dan menghampiri ku. slang air tetap kuarahkan kepadanya, berharap ia menyerah untuk mendekati ku. ia membuka helm standart full itu, dan wajah itu,,,, wajah itu sangat jelas terlihat. Sontak membuat ku kaget dan sepertinya wajah itu sangat tidak asing. Tapi aku tak bisa mengingatnya sosok pria didepanku sekarang ini siapa? Tapi mengapa pikiran ku seakan terbang. Terbang ke masa lalu. Mungkin… atau apakah aku memang pernah mengenalnya sebelum nya? Tapi di mana? Kenapa aku tak bisa mengingatnya? Saat aku sedang asik dengan pikiran ku yang menerawang berkeliling dunia, cowok itu dengan sigap merampas slang air dan menyiram ku.
Aaaaaaaaaaa aku basah juga. Ia berlari-lari kecil tapi tetap mengarahkan slang ke arahku. Aku mengejarnya untuk merampas slang itu kembali. Tapi tidak bisa. Aku sudah basah kuyup dari ujung kaki ke ujung rambut. Ingatan ku sudah kembali dari berkeliling dunia. Berkeliling dunia untuk mencari ingatan yang telah hilang. Terbuang karena menambah nya memori baru.
Aku teringat sosok laki-laki gendut, comel, imut, sekitar 12 tahun yang lalu. Cinta monyet ku di waktu kecil. Tapi yang sekarang berada di depan ku adalah sosok tinggi, keren, dan manis. Masih lumayan imut, tapi sudah tak comel lagi. tapi apa mungkin? Apa aku harus bertanya? Mengutarakannya kah? Kalau salah bagaimana? Malu nya pake banget, itu pasti. Semakin ada di angan-angan cowok aneh itu kalau sampai aku salah. aku duduk di kursi halaman depan. Cape juga ternyata lari-lari. Ia pun berhenti dan duduk tepat di sebelahku.
“cowok aneh” celutuk ku membuka pembicaraan walau nafas masih terasa ngos-ngosan. Sudah lama nggak pernah lari-larian.
“kamu juga aneh” jawabnya singkat. Aku menoleh kearah wajahnya. Memperhatikan setiap lekuk-lekuk pipi itu, hidung itu, dan mata itu yang paling membuatku mengingat semua memori indah. Ia memutar kepala nya kearah ku. mungkin ia tersadar aku memperhatikannya.
“ngapain liat-liat, sok akrab deh” ujar nya ketus. Dan memamerkan wajah paling menyebalkan sedunia.
“ iddih, siapa yang ngeliatin. Ge Er… “ jawabku dan memalingkan arah mataku padanya.
“kamu nggak pernah berubah ya” ujar cowok aneh yang membuat jantungku berdegup. Kata-kata itu, berarti ia mengenalku. Dan aku mengenalnya. Dan kami saling mengenal. Oh…  Tuhan akhirnya ku dipertemukan lagi.
“kamu… “ aku hampir tak bisa berkata-kata.
“iya, ini aku Aby. Si tembem kamu” ujar nya sambil menggembungkan kedua pipi nya agar terlihat tembem. Yach… di karenakan pipinya yang sekarang sudah langsing, tak tembem lagi. aku tertawa kecil melihat tingkah nya. Sangat jelas terbayang akan dirinya yang dulu. Rumah bersebelahan, yach, tepat rumah yang di berada di depan itu. pergi sekolah bareng, main bareng, main pacar-pacaran, kedua orang tua kami juga sudah akrab dan saling mengenal. Bahkan, mereka menginginkan kami untuk lebih, sampai dewasa. Tapi keinginan itu buyar ketika Aby pergi meninggalkanku. Yach… ia pergi ke paris bersama orang tua nya. Ia berjanji padaku akan pulang secepat nya. Tapi penantianku ternyata sia-sia. Bertahun-tahun lama nya ia tak kunjung pulang. Hingga aku memutuskan untuk mengubur kisah itu dalam-dalam. Dan sekarang ia datang, tepat di hadapanku. Ingin ku luahkan segala pertanyaan yang sudah lama hilang, sekarang muncul kembali. Pertanyaan yang sempat tersimpan rapi di memori tua, sekarang hadir untuk mencari jawaban yang pasti.
          Terasa hangat air mengalir dari pipi ku. aku memeluk nya. Dan ia membalas pelukan ku. erat…
“kenapa kamu ninggalin aku?” Tanya ku di sela isak tangis ku.
“aku nggak maksud ninggalin kamu De” jawabnya dan mengusap kepala ku.
“kamu harus cerita kan semuanya. Kamu seenak nya aja sekarang baru datang” ujarku dan melepas pelukan itu. ia menatapku dan menghapus air mata ku.
“De, aku minta maaf. Waktu itu, kami kecelakaan sewaktu ingin pulang dari Paris. Kedua orang tua ku meninggal di sana De.”
Apa? Meninggal? Aku sangat terkejut. Aby tertunduk lemah. Mengingat hal terpahit yang pernah di alaminya.
“ aku bersyukur, aku masih hidup De, dan akhirnya aku tinggal bersama pamanku yang berada disana. Aku tak mungkin pulang ke Indonesia sendiri. Dan sekarang, aku memutuskan ke sini, Cuma untuk nyari kamu De. Untung nya kamu nggak pindah ketempat lain. Jadi tak perlu susah aku mencari mu. Dan rumah ku, masih utuh di seberang sana. ” sambung Aby. Air mata ku tertumpah lagi. aku tak menyangka seberat itu yang di rasakan Aby. Aku tak berhak untuk membenci nya hanya karena ia meninggalkanku. Toh, sekarang semua telah terbayar dengan kedatangan dan jawaban dari nya.
“aku minta maaf By, udah salah paham sama kamu” ucapku padanya. Air mata pun menetes dari mata kecil Aby. Aku tak terbayang ia kehilangan kedua orang tua nya saat masih kecil. Aku memeluknya untuk kedua kali nya. Aku tak ingin ia terpukul lagi dengan kejadian bertahun-tahun silam.
“kamu yang tabah ya” ucapku dan mengusap rambutnya. Ia hanya mengangguk pelan.
Aku melepas pelukan itu. ia masih seperti Aby yang ku kenal dulu. Tak ada sedikitpun yang berubah dari nya.
“ kamu mau kan menikah dengan ku? “ Tanya Aby yang hampir membuat ku syok. Menikah, pacaran saja aku masih amburadul. Lompat sana lompat sini kayak kodok.
“menikah? “ tanyaku hampir setengah percaya padanya.
“ iya, emang kamu sudah ada yang punya ya? “ tanyanya penasaran.
“makanya, besok-besok Tanya dulu. Main tembak langsung aja. Kalo aku udah ada yang punya gimana?” gurau ku. ia tertawa kecil.
“mana ada cowok lain yang mau sama kamu. Galak gitu” ucap Aby sambil tertawa. Aku mencubit pipi nya geram. Tapi ia hanya tertawa dan memelukku, lagi.
Aku tak ingin kehilangan kamu lagi De” bisik nya hangat di telinga ku. Sepertinya aku taq perlu menjawab apa-apa. Sudah saling bisa mengerti, dan aku sudah jauh mengenalnya dari kecil. Tak ada yang berubah. Dan tak akan pernah berubah. Lampu merah ku, berhenti di kamu Aby. Dan aku tak pernah menyangka hal itu. cinta yang dulu, dengan mudah bisa kembali. Karena cinta itu akan tercipta, karena biasa.

                                                   The End