Part 3
Weekend yang tak
dinanti. Kenapa sih harus ada hari sabtu dan minggu? Kenapa habis jumat nggak
langsung senin aja. Mungkin itu hanya kata-kata bagi para jomblo. Tapi tidak
bagi yang sudah punya pacar. Weekend merupakan hari yang paling di tunggu.
Walau hanya sekedar jalan, makan di restoran, keliling mall, nonton di bioskop,
nongkrong di warung kopi atau hanya sekedar ngapel santai dirumah.
Tepat jam 7 malam ku lihat jam dinding di kamar. Handphone tak kunjung
berbunyi, lagi rusak, atau sinyal nya hilang, sampai-sampai tak ada sms atau
telpon yang masuk. Yang sabar lah para jomblo, akui saja kalau memang taq ada
yang niat mau ngapel, sedangkan teman-teman yang lain, pasti sibuk dengan acara
nya masing-masing. Makanya tak ada yang sempat mau sms. Pas handphone berbunyi,
sudah berharap ada someone yang sms, tahu-tahu sms dari operator. Fiuh… nggak
enak juga lama-lama dalam kesendirian. Umur sudah di atas 20, di bawah 25,
sudah sarjana, tapi masih pengangguran. Nasib-nasib. Belum di samperin Dewi
Fortuna sama Dewi Cinta. Masih sibuk mengatur yang lain kali ya, hingga aku
belum kebagian.
Berteman dengan monitor segi empat, online dan online. Ada nggak yang
lebih membosankan dari ini? Ku tutup layar segi empat itu dengan rapi. Beranjak
di depan cermin memandangi wajah dalam cermin itu. kurang apa sih? Lumayan
cantik, menarik, dengan rambut terurai panjang dan sedikit poni menutupi
kening. Hidung yang tak begitu mancung, mata yang indah, dan pipi yang merona.
Ku cium kedua keti ku, lumayan wangi. Terus, kenapa tak ada pria yang mendekati
ku? ngomong depan cermin.
Handphone ku berbunyi, dengan sigap kuraih telpon genggam ku yang tak
jauh dari aku duduk. Ku lihat nama Uly di sana. Tumben dia nelpon, pikirku.
“napa Ul…?” Tanya ku saat menjawab telpon itu.
“bosan nih, jalan yok” ujar nya.
“kemana?”
“humb,,, gimana kalo kita karaoke aja. Di tempat biasa” usul Uly.
Seperti nya ide bagus. Bisa menghilangkan penat, bosan, dan bisa teriak
sepuasnya. Walau suara cempreng, tidak masalah. Judulnya kan yang penting
happy.
“boleh tuh, sekarang aja.”
“sip, jemput aku ya… heee” ucap Uly memelas.
“iya… siap-siap aja, aku sms kalo udah otw” ucapku.
“ok” klik. Kututup telpon itu segera, dan siap-siap untuk pergi.
Setelah ganti baju dan dengan sedikit polesan yang seminimalis mungkin, aku
bergegas berangkat menggunakan sepeda motor kesayanganku untuk menjemput Uly
yang tak jauh dari rumah ku. hanya butuh 5 menit dengan memacu sepeda motor aku
sampai kerumah nya. Ia pun menunggu ku di luar. Yach… beginilah aktifitas para
jomblo jika di landa galau karena kesendirian. Sangat kebetulan, aku dan Uly
sama-sama jomblo. Jadi aku tak akan sendirian dirumah. Kami berdua sampai di
parkiran salah satu tempat karaoke favorit di salah satu kota ini. Tak
tanggung-tanggung, kami boking 2 jam. Padahal hanya berdua. Galau nya sudah tingkat
dewa sih, jadi harus ekstra puas memanjakan diri. Teriak-teriak nggak jelas
diruangan segi empat.
Lumayan terhibur, dan menghilangkan kegalauan sejenak. Setelah dari
tempat karaoke, kami tak berniat untuk menyinggahi tempat lain lagi. segera
pulang saja. Di persimpangan jalan, ku lihat traffic light sudah berwarna
kuning, aku memacu kencang sepeda motorku. Berharap, sempat melewatinya. Tapi
ouch… belum sempat melewati zebra cross, lampu merah menyala. Akhirnya ku
putuskan untuk mengerem. GubRraKKk sparkboard motorku di bagian belakang
tertabrak seseorang dari belakang. Aku berteriak kaget, begitu juga Uly yang
ada di belakang ku. tidak terjatuh, tapi lumayan membuat sparkboard ku bengkok
beserta plat nya. Dengan segera aku menoleh kebelakang, ingin melihat siapa
yang menabrakku.
Seorang pria dengan motor besar nya, menggunakan jaket kulit hitam. Dan
menggunakan helm standar full. Hingga wajahnya tak begitu jelas terlihat. Hanya
matanya saja yang terlihat.Aku tak perduli bagaimana wajahnya. Mau ganteng, manis,
cute, yang pasti ia telah membuat motorku rusak. Walaupun sedikit.
“woy, bawa motor kira-kira dong” teriakku padanya. Ia hanya menoleh ku,
tanpa menggubris sedikitpun. Budeg atau tuli sih, ku pandangi semua orang yang
berhenti di traffic light memandangiku.
“woy, kamu nggak liat motor aku sampe bengkok. Aku mau minta ganti
rugi” sambungku padanya. Aku tak perduli orang-orang memperhatikanku.
“udah la De, kan nggak parah gimana motor kamu. Bentar lagi lampu hijau
tuh” ujar Uly padaku.
“koq kamu bela dia sih?” tanyaku kesal.
“bukan ngebelain dia sih, cuman nggak mau perpanjang aja.” Jawab Uly
yang membuat ku merengut tanpa dukungan.
Cowok itu maju di sampingku. Ia mengeluarkan dompet, dan mengeluarkan
sejumlah uang. Kulihat ia mengeluarkan beberapa ratus ribu dari dompet nya yang sudah
lumayan usang berwarna coklat tua. Di raihnya tangan ku, dan meletakkan
selembar uang, dan di genggamkannya. ia tak berkata apa-apa, tapi ia menatapku.
Entah apa maksud tatapan itu. hingga aku tak begitu memperhatikan sejumlah uang
yang di berikannya padaku. aku membalas tatapan itu tanpa bicara juga. mungkin, selain tuli, ia juga tak bisa bicara
kali ya, pikirku. Kata maaf saja tak terucap darinya. Lampu hijau menyala, dan
ia segera memacu sepeda motor nya. Saat ku buka genggaman tangan ku, ku lihat
uang lima ribu satu lembar yang diberikannya padaku. aku semakin kesal, geram
dengan sosok pria aneh itu. Uly tertawa saat ia melihat ku.
“ini benar-benar penghinaan” ocehku. Ingin mengejarnya tapi ia telah
berlalu.
Kiiiickkk kiiicccckkk suara klackson dari arah belakangku berbunyi
nyaring di telinga. Karena sudah lampu hijau dari tadi. Dengan sigap, aku
memacu laju kencang motorku. Benar-benar malam yang malang. Sudah jomblo, di
tabrak, di kasi lima ribu lagi. beli burger aja nggak cukup. Hedeh… sesampai
dirumah, aku ingin tidur secepat mungkin untuk mengistirahatkan otak ku yang
telah bekerja tanpa henti seharian.
***
Cuaca yang cerah.
Kulihat jam weker di atas meja samping tempat tidur. Jam menunjukan pukul 08.30
pagi. Yups… masih terlalu pagi. Biasanya untuk hari minggu, aku bangun jam 10
pagi. Paling awal… (gimana molornya?) Cahaya pagi telah masuk kearah jendela
kaca. Aku membuka jendela itu. dan mata ku terbelalak saat melihat sosok di
seberang jalan. Tepat nya bersebrangan dengan komplek rumahku. Cowok aneh tadi
malam dengan sepeda motor, helm, dan jaket yang sama. Ia terlihat memasuki
halaman parkiran rumah itu menuju garasi. Sebelum nya aku tak pernah melihat ia
datang ke sini. Pikirku. Dan yang pasti aku tak pernah punya tetangga seperti
dia. Lalu, ia ngapain kerumah itu? dengan sigap, aku turun ke halaman rumah ku,
tanpa sempat cuci muka lagi. aku turun kehalaman depan rumah ku. dan
menghidupkan kran air. Ceritanya ingin pura-pura nyiram tanaman, atau apapun
yang ada di halaman lah.
Berharap ia akan keluar lagi, aku sangat penasaran dengan wajahnya. Aku
hanya mengingat-ingat bola matanya saat menatap ku. rasanya, menusuk sekali.
tapi aku kan tidak mengenalnya sama sekali. dan mungkin, aku tak ingin
mengenalnya. Celutuk pikiran ku bergentanyangan kemana-mana. Ngelantur nggak
jelas. Ternyata benar, tak sia-sia aku buru-buru turun, ia terlihat ingin pergi
lagi, dengan pakaian berbeda, tapi helm yang sama. Dan aku tetap tak bisa
melihat wajah itu. jadi ia pulang, cuman untuk ganti baju, nggak pake mandi,
iiih jorok. Bidik ku geli. Ia menoleh kearah ku,
Aduh… ketahuan. Pikirku. Ia pasti mengingat wajahku. Ia tak mungkin
lupa. Aq mnyiram-nyiram tanaman pura-pura nggak memperhatikan sosok misterius
itu dari kejauhan. Ia mengeluarkan motor andalan nya dari garasi. Dan ia menuju
kearahku. Ingin rasanya aku bergegas lari kedalam rumah. Tapi tak mungkin.
Sudah tertangkap basah. Ia semakin
dekat, dan berhenti tepat di luar pagar rumahku.
“jadi kamu pembantu sini ya?” teriaknya padaku. aku sontak kaget dan
kesal mendengarnya. Emang wajahku, wajah-wajah pembantu. Sudah tuli, buta lagi. nggak bisa bedain mana
pembantu mana majikan. Celutuk ku dalam hati.
“kalo jadi pembantu, harus rajin mandi pagi. Masa mau kerja lemes kayak
gitu. Pasti baru bangun tidur? Baju tidur nya aja belom diganti” sambungnya.
Aku menoleh ke arah tubuhku sendiri. Hoaaaa ternyata aku benar-benar memakai
sepasang piyama. Ketahuan kalau baru bangun tidur.
“dasar aneh, emang aku nggak tahu apa, kalo kamu pulang Cuma ganti
baju. Nggak pake mandi. Iiihhh sok mau ngatain orang lagi.” balasku sambil
menunjukan wajah yang sangat jelek yang pernah ku perlihatkan.
“ternyata, aku cukup menarik ya, menarik perhatian kamu yang rela-rela
turun dari kasur, cuman pengen memperhatikan aku dari kejauhan. Itu baru
namanya fans sejati” ucapnya yang semakin membuatku kesal. Seumur-umur aku baru
kali ini ketemu orang super aneh dan super nyebelin.
“bawa pulpen nggak? Sekalian aku mau ngasi tanda tangan buat kamu…
humb, di piyama kamu aja ya tanda tangan nya” ucapnya. Dengan spontan aku
menyiramkan slang air kearah nya. Sukurin, ngeledek nggak ada mati nya. Cowok
itu langsung turun dari sepeda motor nya. Dalam keadaan basah kuyup, ia membuka
pagar rumahku yang tak terkunci dan menghampiri ku. slang air tetap kuarahkan
kepadanya, berharap ia menyerah untuk mendekati ku. ia membuka helm standart
full itu, dan wajah itu,,,, wajah itu sangat jelas terlihat. Sontak membuat ku
kaget dan sepertinya wajah itu sangat tidak asing. Tapi aku tak bisa
mengingatnya sosok pria didepanku sekarang ini siapa? Tapi mengapa pikiran ku
seakan terbang. Terbang ke masa lalu. Mungkin… atau apakah aku memang pernah
mengenalnya sebelum nya? Tapi di mana? Kenapa aku tak bisa mengingatnya? Saat
aku sedang asik dengan pikiran ku yang menerawang berkeliling dunia, cowok itu
dengan sigap merampas slang air dan menyiram ku.
Aaaaaaaaaaa aku basah juga. Ia berlari-lari kecil tapi tetap
mengarahkan slang ke arahku. Aku mengejarnya untuk merampas slang itu kembali.
Tapi tidak bisa. Aku sudah basah kuyup dari ujung kaki ke ujung rambut. Ingatan
ku sudah kembali dari berkeliling dunia. Berkeliling dunia untuk mencari
ingatan yang telah hilang. Terbuang karena menambah nya memori baru.
Aku teringat sosok laki-laki gendut, comel, imut, sekitar 12 tahun yang
lalu. Cinta monyet ku di waktu kecil. Tapi yang sekarang berada di depan ku
adalah sosok tinggi, keren, dan manis. Masih lumayan imut, tapi sudah tak comel
lagi. tapi apa mungkin? Apa aku harus bertanya? Mengutarakannya kah? Kalau
salah bagaimana? Malu nya pake banget, itu pasti. Semakin ada di angan-angan
cowok aneh itu kalau sampai aku salah. aku duduk di kursi halaman depan. Cape
juga ternyata lari-lari. Ia pun berhenti dan duduk tepat di sebelahku.
“cowok aneh” celutuk ku membuka pembicaraan walau nafas masih terasa
ngos-ngosan. Sudah lama nggak pernah lari-larian.
“kamu juga aneh” jawabnya singkat. Aku menoleh kearah wajahnya.
Memperhatikan setiap lekuk-lekuk pipi itu, hidung itu, dan mata itu yang paling
membuatku mengingat semua memori indah. Ia memutar kepala nya kearah ku.
mungkin ia tersadar aku memperhatikannya.
“ngapain liat-liat, sok akrab deh” ujar nya ketus. Dan memamerkan wajah
paling menyebalkan sedunia.
“ iddih, siapa yang ngeliatin. Ge Er… “ jawabku dan memalingkan arah
mataku padanya.
“kamu nggak pernah berubah ya” ujar cowok aneh yang membuat jantungku
berdegup. Kata-kata itu, berarti ia mengenalku. Dan aku mengenalnya. Dan kami
saling mengenal. Oh… Tuhan akhirnya ku
dipertemukan lagi.
“kamu… “ aku hampir tak bisa berkata-kata.
“iya, ini aku Aby. Si tembem kamu” ujar nya sambil menggembungkan kedua
pipi nya agar terlihat tembem. Yach… di karenakan pipinya yang sekarang sudah
langsing, tak tembem lagi. aku tertawa kecil melihat tingkah nya. Sangat jelas
terbayang akan dirinya yang dulu. Rumah bersebelahan, yach, tepat rumah yang di
berada di depan itu. pergi sekolah bareng, main bareng, main pacar-pacaran, kedua
orang tua kami juga sudah akrab dan saling mengenal. Bahkan, mereka
menginginkan kami untuk lebih, sampai dewasa. Tapi keinginan itu buyar ketika
Aby pergi meninggalkanku. Yach… ia pergi ke paris bersama orang tua nya. Ia
berjanji padaku akan pulang secepat nya. Tapi penantianku ternyata sia-sia. Bertahun-tahun
lama nya ia tak kunjung pulang. Hingga aku memutuskan untuk mengubur kisah itu
dalam-dalam. Dan sekarang ia datang, tepat di hadapanku. Ingin ku luahkan
segala pertanyaan yang sudah lama hilang, sekarang muncul kembali. Pertanyaan
yang sempat tersimpan rapi di memori tua, sekarang hadir untuk mencari jawaban
yang pasti.
Terasa hangat air mengalir
dari pipi ku. aku memeluk nya. Dan ia membalas pelukan ku. erat…
“kenapa kamu ninggalin aku?” Tanya ku di sela isak tangis ku.
“aku nggak maksud ninggalin kamu De” jawabnya dan mengusap kepala ku.
“kamu harus cerita kan semuanya. Kamu seenak nya aja sekarang baru
datang” ujarku dan melepas pelukan itu. ia menatapku dan menghapus air mata ku.
“De, aku minta maaf. Waktu itu, kami kecelakaan sewaktu ingin pulang dari
Paris. Kedua orang tua ku meninggal di sana De.”
Apa? Meninggal? Aku sangat terkejut. Aby tertunduk lemah. Mengingat hal
terpahit yang pernah di alaminya.
“ aku bersyukur, aku masih hidup De, dan akhirnya aku tinggal bersama
pamanku yang berada disana. Aku tak mungkin pulang ke Indonesia sendiri. Dan
sekarang, aku memutuskan ke sini, Cuma untuk nyari kamu De. Untung nya kamu
nggak pindah ketempat lain. Jadi tak perlu susah aku mencari mu. Dan rumah ku,
masih utuh di seberang sana. ” sambung Aby. Air mata ku tertumpah lagi. aku tak
menyangka seberat itu yang di rasakan Aby. Aku tak berhak untuk membenci nya
hanya karena ia meninggalkanku. Toh, sekarang semua telah terbayar dengan
kedatangan dan jawaban dari nya.
“aku minta maaf By, udah salah paham sama kamu” ucapku padanya. Air
mata pun menetes dari mata kecil Aby. Aku tak terbayang ia kehilangan kedua
orang tua nya saat masih kecil. Aku memeluknya untuk kedua kali nya. Aku tak
ingin ia terpukul lagi dengan kejadian bertahun-tahun silam.
“kamu yang tabah ya” ucapku dan mengusap rambutnya. Ia hanya mengangguk
pelan.
Aku melepas pelukan itu. ia masih seperti Aby yang ku kenal dulu. Tak
ada sedikitpun yang berubah dari nya.
“ kamu mau kan menikah dengan ku? “ Tanya Aby yang hampir membuat ku
syok. Menikah, pacaran saja aku masih amburadul. Lompat sana lompat sini kayak
kodok.
“menikah? “ tanyaku hampir setengah percaya padanya.
“ iya, emang kamu sudah ada yang punya ya? “ tanyanya penasaran.
“makanya, besok-besok Tanya dulu. Main tembak langsung aja. Kalo aku
udah ada yang punya gimana?” gurau ku. ia tertawa kecil.
“mana ada cowok lain yang mau sama kamu. Galak gitu” ucap Aby sambil
tertawa. Aku mencubit pipi nya geram. Tapi ia hanya tertawa dan memelukku,
lagi.
Aku tak ingin kehilangan kamu lagi De” bisik nya hangat di telinga ku. Sepertinya
aku taq perlu menjawab apa-apa. Sudah saling bisa mengerti, dan aku sudah jauh
mengenalnya dari kecil. Tak ada yang berubah. Dan tak akan pernah berubah.
Lampu merah ku, berhenti di kamu Aby. Dan aku tak pernah menyangka hal itu.
cinta yang dulu, dengan mudah bisa kembali. Karena cinta itu akan tercipta,
karena biasa.
The
End
0 komentar:
Posting Komentar