Minggu, 03 Maret 2013

Where Am I…?




“aku dimana?” ucap ku setengah berteriak. Mataku terbelalak. Tak ada siapa-siapa di sini. Lalu aku akan bertanya pada siapa? Tempat ini kumuh, seperti tak terurus lagi. sebuah ruangan yang hanya lebar 3x4 meter. Aku mencoba cari jalan keluar, tapi tak kutemukan. Bahkan, sebuah pintu pun tak ada disini. Bagaimana bisa ruangan tak ada pintu. Bagaimana aku bisa masuk? Ruangan ini sangat tertutup rapat. Hanya ada ventilasi kecil di atas pojok sana. Mungkin itu sebabnya aku masih bisa bernapas dengan baik saat ini. Ruangan yang sangat berantakan, debu-debu tebal menghiasi setiap benda yang ada disini. Cahaya yang redup membuat aku semakin bingung sekarang aku ada dimana. Bagaimana aku mau keluar dari tempat ini? Seingat ku, tadi nya aku langsung pulang kerumah sewaktu pulang sekolah. Setelah itu aku… aku pingsan? Yang benar saja? Sebelumnya aku tak pernah pingsan, kecuali aku tertimpuk bola basket yang Aldi cs mainkan sekitar seminggu yang lalu di sekolah. Setelah itu aku tak pernah lagi pingsan. Aku mencoba mengingat-ingat kejadian sebelum aku berada di tempat aneh ini. Atau, mungkin saja, ada penculik yang membawa ku ke sini sewaktu aku dirumah tadi. Cukup masuk akal, tapi kenapa aku di culik? Orang tuaku bukan jutawan, miliyarder, atau konglomerat? Aku bukan juga anak pengusaha ternama, bukan juga anak pengurus Negara, aku hanya anak PNS yang mengajar di salah satu SMA di bandung. SMA nya juga biasa saja. Lalu, kenapa aku di culik? Jangan-jangan, aku mau di perkosa? Pikiran ku semakin menerawang. Aku memeriksa seluruh bagian tubuhku. Utuh… tapi aku masih berseragam sekolah. Yach, aku ingat sekarang, berarti aku di culik sebelum sempat aku ganti pakaian. Aku duduk di pojok kiri ruangan. Aku tak boleh menangis, aku harus cari jalan keluarnya. Mataku berputar-putar mencari celah. Aku tak mungkin ada disini jika tak ada jalan. Lubang mungkin, atau terowongan, atau apa sajalah. Mataku tertuju pada kotak kecil. Tak jauh dari tempat ku duduk.aku penasaran, dan ku raih kotak kecil itu. kutiup debu yang menyelimuti. Terbuka… hanya sebuah buku. Seperti buku diary. Tapi tak seperti buku diary zaman sekarang. Buku nya tebal, dan kertasnya berbeda. Bukan corak Barbie atau sejenisnya. Buku nya keras, mungkin karena terlalu lama tersimpan. Aku membuka halaman pertama di buku itu.
“Whoaaaaaaa” terikanku memekakkan telingaku sendiri. Seekor tikus putih kering menempel di halaman pertama. Dengan cepat aku membuka halaman kedua. Aku menelan ludah untuk siap-siap terkejut. Hanya ada tulisan….
“setiap yang hidup, pasti mati”
Semakin penasaran aku membuka halaman berikutnya.
“kamu akan menjadi bangkai”
Jantungku mulai berdegup kencang. Apa ini artinya aku akan di bunuh disini? Aku akan mati seperti tikus kering ini? Aku tak mau mati seperti ini. Aku masih tak ingin mati. Masih banyak yang ingin ku kejar. Cita-cita ku, dan aku belum mendapatkan Aldi. Satu-satu nya cowok yang membuat ku semangat jika ke sekolah. Oh Tuhan, aku tak ingin mati dengan cara ini.
Prakkk…. Ku lempar buku itu kelantai. Tapi ia malah terbuka, tepatnya di halaman akhir. Mataku tak sengaja membaca tulisan terakhir itu.
“YOU WILL DIE”
Ku tendang buku itu dan GuBRaAakkKK buku itu tertimbun buku yang lain di pojok kanan yang ternyata ada rak buku. Aku mulai panik, aku mencari-cari jalan keluar. Aku tak ingin mati sia-sia seperti ini. Aku harus keluar dari sini.
Aku mencari-cari Handphone ku di saku, tapi tidak ada. Hilang, atau terjatuh mungkin. Tiba-tiba… ada suara langkah kaki manusia dari bawah sana. Telinga ku ku tempelkan di lantai. Untuk mendengar langkah kaki itu. apa itu langkah kaki sang penculik? Yang akan membunuhku? Dengan membawa pisau yang akan mengulitiku dengan kejam, berjubah hitam, bertopeng seperti tokoh penculik, pembunuh, penjahat di film-film. Ia datang dan dengan lihai nya mengayunkan senjata mereka, tanpa ampun membunuh seperti berburu. Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan? Suara nya semakin mendekat… semakin terdengar ayunan langkah kaki tegap itu. dari arah tumpukan bawah buku-buku yang berserakan. Apa di situ jalan keluarnya? Ku dekat kan telinga ku di antara buku-buku yang berserakan. Langkah kaki itu sangat jelas terdengar. Aku yakin penjahat itu ingin naik ke sini. Dengan sigap, aku menumbangkan rak buku untuk menahan jalan itu. sementara mataku jelalatan berputar-putar mencari tempat persembunyian. Buku itu bergerak… penjahat itu ingin membuka pintu rahasia itu. ku temukan sebuah lemari berukuran sedang. Tanpa pikir panjang, aku masuk kedalam lemari itu dan mengunci diri. Napasku terengah-engah. Darah, jantung, lebih cepat dari biasanya. Aku sangat takut. Aku tak mungkin melawan. Aku bukan jagoan. Ku coba untuk tetap tenang, aku diam seribu bahasa. Aku hanya mendengar ia berusaha mendorong buku-buku serta rak nya agar ia bisa naik ke sini. Tak lama, suara nyaring dari buku-buku itu beralih dari pintu rahasia.
KreeekKkkk terdengar suara pintu rahasia itu terbuka perlahan. Sesorang naik keatas. Dari celah-celah kecil lemari, aku menemukan bayangan itu. bayangan seseorang bertubuh besar. Ia berjalan di sekitar ruangan, seperti nya, ia sedang mencariku. Aku mencoba menahan nafasku agar tidak terdengar sedikitpun oleh nya. Dentuman-dentuman keras, semakin membuatku takut. Ia mengayunkan senjata yang di bawa nya ke dinding, ia tak bersuara sedikitpun. Keringat dingin mulai bercucuran dari tubuhku. Ya tuhan, inikah akhir hidup ku. yang harus berakhir dengan cara sadis seperti ini? Lindungi aku yan tuhan. Mata ku menangkap, wajah seram itu, ia menoleh kearah persembunyianku. Wajah nya yang tak utuh lagi, goresan luka, tangan nya berdarah dengan menggenggam sebuah golok. Ia semakin dekat berjalan kearah ku, tubuh ku semakin gemetaran. Ingin rasanya aku berteriak melihat wajah buruk rupa itu. ku pejam kan mataku, aku mencoba pasrah dengan keadaanku sekarang.

AaarRrgggghhhh suara derhaman sosok lekaki separuh baya itu berteriak. Aku melihat nya dengan sangat jelas, aku mencoba untuk tenang dan tetap bersembunyi di balik lemari ini. Ia sepertinya tak melihat ku, dan tak mengira aku ada di lemari ini. Tubuhnya hendak berbalik, mungkin ia ingin turun dan mencariku di luar. Mungkin aku di kira nya sudah melarikan diri. Tiba-tiba saja, ada seekor kecoa di didalam lemari ini. Bukan seekor, ternyata lebih, tiga, atau lima mungkin, aku tak sempat berhitung. Binatang yang paling ku takuti di dalam rumah, sekarang hinggap di kaki ku. Aa… segera ku tutup mulutku dengan kedua tangan ku. teriakan pendek ku, ternyata terdengar oleh lelaki itu. ia berbalik kearahku. Mendekat kearah persembunyikanku. Oh… tidak… tamat lah riwayat ku. aku sayang mama, papa, aku sayang Aldi, aku sayang temen-temen, aku sayang semuanya. Air mataku tergenang mengalir di pipi. Aku pasti mati sekarang. Aku pasti di bunuh, di kuliti, dan mungkin di keringkan seperti tikus di buku tadi.
BrrraaAaakkKk BraaaKkkk BrrRaaAaakkK  lelaki itu memukul lemari tempat persembunyianku. Aku tetap terdiam, sambil terisak di dalam lemari itu. aku tak tahu harus berbuat apa. Berulang kali ia memukul lemari itu, hingga akhirnya, GubbbBraAaaakKKkkk lemari beserta isinya, diriku sendiri terjatuh di lantai.
Pinggangku terasa remuk saat terjatuh.mata ku terpejam, aku tak ingin membuka mataku melihat ia akan mengayunkan golok nya dan menggorok leherku. Ia menyentuh bahu ku, semakin kencang desiran darahku mengalir ketakutan.
“Re…” ucap seseorang sambil mengayunkan lengan ku. seperti suara wanita. Bukan kah yang tadi seorang lelaki separuh baya dengan wajah buruk rupa? Kenapa sekarang berubah menjadi wanita? Aku membuka mataku perlahan, sepertinya mata ini terasa berat, mungkin karena banjir air mata. Dengan sontak aku terkejut melihat sosok wanita di depan ku sekarang.
“mama…?” ku lihat diriku terbaring di lantai di samping tempat tidur. Ku gosok-gosok mataku hampir tak percaya. Ku lihat di sekeliling, ada jendela kaca yang terang oleh langit senja, di pojokan kiri ada kucing kesayanganku Pussy yang asik dengan mainan nya. Ini kamarku? Yaps aku yakin ini kamarku.
“kamu tuh kebiasan ya, pulang sekolah langsung tidur, sepatu belum di buka, masih pakaian seragam. Ini udah magrib. Mandi sana abis itu, kita makan malam di bawah. Mama tunggu ya” ujar mama padaku dan segera meninggalkanku untuk menyiapkan makan malam.
Owh, ternyata aku ketiduran sewaktu pulang sekolah. Fiuh, aku lega, ternyata aku hanya mimpi hingga terjatuh dari tempat tidur. Aku lega, aku belum mati. Aku masih bisa bersama mama, papa, dan teman-temanku. Dan yang pasti, aku masih bisa bertemu Aldi, besok…


                                           The End

0 komentar:

Posting Komentar