Selasa, 17 Desember 2013

menulis...

Untuk pertama kali nya, saya belajar menjadi orang "serius".
Bercerita berdasarkan hati, pikiran, serta keadaan. bukan berdasarkan imajinasi yang selalu tergantung di benak.
Sudah lama, dan... lama sekali, saya mencoba mengikuti sang inspiratif untuk selalu belajar dalam hal tulis menulis. Tidak mudah, tapi bagi saya cukup menyenangkan.
Dengan menulis, kita bisa membayangkan sesuatu yang tidak mungkin, menjadi mungkin. Imajinasi berperan penting dalam permainan kata. Dengan berimajinasi, terkadang membuat kita ikut terhanyut di dalam nya. seolah-olah berada dalam keadaan tersebut. Sedih, senang, takut, marah, dan sebagainya.
Sejenak, menulis bisa menghilangkan beban pikiran yang lain. Contohnya saja, galau. Penyakit otak yang tidak jelas penyebab nya apa.
"Kegalauan" itu sendiri, bisa tersingkir sesaat seiring dengan otak kita berpikir membayangkan sesuatu untuk di tulis. Karena otak kita terlalu sibuk memikirkan kata-kata yang tepat untuk di tulis, si "galau" pun pergi meninggalkan otak dan pikiran terfokus dengan yang kita ingin tulis.
Menulis, juga di percaya sebagai alat curhat. Dari zaman dulu, kita kenal dengan sebutan, Buku Diari. Mulai dari hal menyenangkan, dan mungkin lebih banyak hal percintaan anak-anak ABG. Mencurahkan isi hati dengan menuliskan semuanya kedalam Buku diari tersebut, memberi sensasi tertentu dalam jiwa. kata singkat nya, lega.
Bercerita dengan sebuah buku, walau buku itu tak akan bisa menjawab apapun pertanyaan, tapi jika isi hati, unek-unek sudah tercurah melalui tinta pulpen di atas kertas itu, setidaknya, rasa galau agak berkurang.
Zaman pun berubah seiring dengan waktu. Tempat curhat sekarang bukan lagi sebuah buku, tapi sosial media.
facebook, twitter, bahkan blog. Menulis tidak lagi menggunakan tinta pulpen. Tapi tetap saja, judul nya menulis. Menulis tetap menulis. Terkadang kita tak bisa mengungkapkan semua yang ada di pikiran melalui ucap kata...


0 komentar:

Posting Komentar